Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
Purbaya Yudhi Sadewa. (Dok. Humas LPS)
Purbaya Yudhi Sadewa. (Dok. Humas LPS)

Intinya sih...

  • Purbaya Yudhi Sadewa resmi dilantik Presiden Prabowo Subianto sebagai Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani pada 8 September 2025.

  • Berbekal latar belakang teknik dan ekonomi, Purbaya meniti karier dari sektor swasta, birokrasi, hingga Ketua Dewan Komisioner LPS.

  • Pernyataan perdananya terhadap "17+8 Tuntutan Rakyat" menuai pro-kontra, tetapi ia optimis mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 6–7 persen.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Presiden Prabowo Subianto resmi melantik enam menteri baru dalam Kabinet Merah Putih pada Senin (8/9/2025) sore. Salah satu nama yang mencuri perhatian adalah Purbaya Yudhi Sadewa, yang dipercaya menjabat sebagai Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani Indrawati.

Namun, pernyataan perdana Purbaya usai dilantik langsung jadi sorotan publik. Saat menanggapi isu "17+8 Tuntutan Rakyat", ia menyebut hal itu sebagai suara sebagian kecil rakyat. Ucapan tersebut menuai pro-kontra di media sosial, sebagian menilainya kurang sensitif terhadap keresahan masyarakat.

Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa saat tiba di kantor Kementerian Keuangan usai pelantikan, Senin (8/9/2025). (IDN Times/Triyan Pangastuti)

Meski demikian, Purbaya menegaskan fokusnya adalah mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 6–7 persen. Ia optimistis peningkatan ekonomi akan meredakan keresahan publik. “Mereka akan sibuk cari kerja dan makan enak, dibandingkan demo,” ujarnya, dikutip dari Kompas.com.

Di tengah perdebatan tersebut, publik pun semakin penasaran dengan sosok ekonom yang kini menggantikan Sri Mulyani di kursi Menkeu. Siapa sebenarnya Purbaya Yudhi Sadewa?

Profil Purbaya Yudhi Sadewa

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa di Fortune Indonesia Summit 2022 di The Westin, Jakarta pada Rabu (18/5).

Lahir di Bogor pada 7 Juli 1964, Purbaya meniti perjalanan karier yang unik. Ia memulai langkahnya sebagai insinyur, lalu bertransformasi menjadi ekonom, hingga akhirnya dipercaya sebagai Menteri Keuangan RI sejak 8 September 2025, di bawah Presiden Prabowo Subianto.

Pendidikan awalnya ditempuh di Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun, kecintaannya pada ilmu ekonomi membawanya melanjutkan studi ke Purdue University, Indiana, Amerika Serikat, hingga meraih gelar Master of Science (M.Sc.) dan Doktor (Ph.D.) di bidang ekonomi. Kombinasi latar belakang teknik dan ekonomi membentuk cara pandangnya yang analitis dalam menyelesaikan persoalan strategis.

Berkarier di sektor swasta

Purbaya Yudhi Sadewa saat menghadiri hari kedua gelaran LPS Financial Festival 2025. (Dok. Humas LPS)

Karier profesional Purbaya dimulai di sektor energi sebagai Field Engineer di Schlumberger Overseas SA pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an. Ia kemudian menekuni dunia keuangan, bergabung dengan Danareksa Research Institute sebagai Senior Economist, lalu menjadi Chief Economist, bahkan sempat menduduki posisi Direktur Utama PT Danareksa Securities.

Di sektor swasta, namanya dikenal sebagai ekonom yang vokal dan sering menjadi rujukan dalam riset pasar modal Indonesia. Pengalaman ini menjadi bekal penting sebelum ia masuk ke dunia birokrasi.

Kiprahnya di pemerintahan

Purbaya Yudhi Sadewa. (Dok. Humas LPS)

Jejak Purbaya di pemerintahan dimulai sekitar tahun 2010 ketika ia dipercaya menjadi Staf Khusus Bidang Ekonomi Menteri Koordinator Perekonomian dan anggota Komite Ekonomi Nasional. Karier birokratnya terus menanjak hingga menduduki posisi strategis di berbagai kementerian dan lembaga.

Pada 2016, ia sempat ditunjuk sebagai Gubernur OPEC dari Indonesia, menggantikan Widhyawan. Berbagai pengalaman ini menambah bobot perannya dalam merancang dan mengawal kebijakan strategis nasional.

Berikut sejumlah posisi penting yang pernah dijabatnya:

  • Staf Khusus Bidang Ekonomi, Kemenko Perekonomian (2010–2014)

  • Anggota Komite Ekonomi Nasional (2010–2014)

  • Deputi III Bidang Pengelolaan Isu Strategis, Kantor Staf Presiden (2015)

  • Staf Khusus Bidang Ekonomi, Kemenko Polhukam (2015–2016)

  • Wakil Ketua Satgas Pokja IV (Debottlenecking), Kemenko Perekonomian (2016–2020)

  • Staf Khusus Bidang Ekonomi, Kemenko Kemaritiman (2016–2018)

  • Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim & Energi, Kemenko Maritim dan Investasi (2018–2020)

  • Gubernur OPEC dari Indonesia (2016)

Selain itu, Purbaya juga aktif di berbagai forum ekonomi, seperti Dewan Pertimbangan Kadin dan Indonesia Economic Forum.

Turut menjaga stabilitas lewat LPS

Ketua DK LPS Purbaya Yudhi Sadewa. (Dok. Humas LPS)

Pada September 2020, Purbaya dipercaya sebagai Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Selama lima tahun kepemimpinannya, ia berperan menjaga kepercayaan publik terhadap perbankan nasional, terutama ketika dunia menghadapi guncangan ekonomi global.

Di bawah kepemimpinannya, LPS diperkuat sebagai benteng stabilitas keuangan. Ia membangun reputasi sebagai teknokrat yang mampu menjembatani kepentingan pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat.

Menggantikan Sri Mulyani sebagai Menkeu RI yang baru

Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa. (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Karier Purbaya mencapai puncak baru saat ia dilantik sebagai Menteri Keuangan RI pada 8 September 2025, menggantikan Sri Mulyani. Pergantian ini terjadi di tengah dinamika politik dan gejolak ekonomi global. Namun, pasar sempat merespons negatif dengan IHSG melemah dan rupiah bergejolak.

Meski demikian, Purbaya tetap menunjukkan optimismenya. Ia menilai pertumbuhan ekonomi 8 persen bukanlah hal mustahil, asalkan kebijakan dijalankan tepat dan sinergi pemerintah-swasta diperkuat. Dengan latar belakang panjang di sektor ekonomi dan birokrasi, ia diharapkan mampu menjaga kredibilitas fiskal sekaligus mewujudkan ambisi pertumbuhan pemerintahan baru.

Itulah profil dari Purbaya Yudhi Sadewa, yang menjabat sebagai Menteri Keuangan RI. Kini, publik menantikan langkahnya dalam mengarahkan perekonomian Indonesia ke babak baru, sekaligus menjawab tantangan besar yang diwariskan sebelumnya.

Bagaimana menurutmu, Bela?

Editorial Team