Sama seperti jurnal Sinta, Scopus juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Apa saja? Simak dulu, yuk, sebelum kamu memutuskan untuk mempublikasikan jurnalmu di sini.
Kelebihan Scopus
Bergengsi: Scopus itu ibarat "Instagram-nya" dunia akademik, di mana semua penelitian keren dan terkemuka dapat kamu akses. Bayangkan saja, kalau jurnalmu berhasil masuk ke Scopus, artinya penelitianmu sudah diakui secara internasional. Ini bukan cuma soal dapet tempat di jurnal, tapi juga soal pengakuan dari akademisi di seluruh dunia. Publikasi di jurnal yang terindeks Scopus bisa jadi pencapaian luar biasa dalam karier akademismu.
Komprehensif: Scopus punya koleksi jurnal yang super lengkap dari berbagai bidang ilmu, mulai dari sains, teknologi, sosial, hingga humaniora. Jadi, apapun topik yang sedang kamu teliti, kemungkinan besar kamu bakal menemukan referensi yang kamu butuhkan di sana. Scopus ini benar-benar komprehensif dan mencakup ribuan jurnal dari berbagai negara. Artinya, kamu bisa dapat sudut pandang yang luas dan up-to-date dari seluruh dunia. Nggak cuma jurnal, Scopus juga punya prosiding konferensi dan buku ilmiah, jadi koleksi referensinya benar-benar lengkap dan multifungsi.
Kekurangan Scopus
Aksesnya terbatas: Tapi, ada satu hal yang mungkin bikin kamu mikir dua kali, yaitu aksesnya yang terbatas. Untuk bisa menikmati semua artikel di Scopus, biasanya kamu harus berlangganan lewat perpustakaan universitas atau lembaga penelitian. Artinya, kalau kamu nggak punya akses institusional, kamu mungkin harus bayar mahal untuk baca satu artikel saja. Jadi, meskipun Scopus sangat bergengsi dan komprehensif, ada hambatan dalam hal aksesibilitas. Buat kamu yang terbiasa dengan akses bebas, ini bisa jadi tantangan tersendiri.
Itulah tadi perbedaan jurnal Sinta dan Scopus, beserta dengan kelebihan dan kekurangannya. Kamu perlu memperhatikan hal tersebut baik-baik sebelum memutuskan untuk mengunggah jurnal kamu, ya!