Transisi PSBB yang memasuki minggu kedua ini, terus terang membuat saya kesal. Pasalnya, saya masih merasa beberapa daerah di negara ini belum siap untuk kembali beraktivitas dengan aktif seperti kembali ke kantor, berlibur beramai-ramai, atau menumpuk di pusat perbelanjaan. Melihat Car Free Day ramai dan jalanan menuju kawasan Puncak sangat padat kendaraan saja, sudah membuat saya pusing. "Apa, sih, urgensi harus keluar rumah yang bukan untuk memenuhi kebutuhan pokok ini?"
Keresahan ini turut pula didukung oleh sebuah penelitian baru mengenai teori herd immunity, yang dikeluarkan oleh Universitas Nottingham dan dipublikasikan di medicalxpress.com. Jika sebelumnya diperkirakan bahwa sebagian besar populasi menjadi kebal akan sebuah penyakit menular karena sistem imun telah dibentuk secara alami dalam tubuhnya, maka kini penelitian menunjukkan kekebalan kawanan terhadap COVID-19 dapat dicapai dengan lebih sedikit orang yang terinfeksi.
Konsep awal herd immunity menggambarkan bahwa populasi dominan yang sudah kebal ini bisa melindungi kelompok yang belum tertular penyakit dan menghentikan laju penularan penyakit. Sedangkan di penelitian terbaru, Tingkat kekebalan kelompok didefinisikan sebagai bagian dari populasi, yang harus menjadi kebal terhadap penyebaran penyakit yang menurun dan berhenti ketika semua langkah pencegahan, seperti jarak sosial, dicabut.
Untuk COVID-19 sering dinyatakan bahwa ini adalah sekitar 60%, angka yang berasal dari fraksi populasi yang harus divaksinasi (sebelum epidemi) untuk mencegah wabah besar.
Nah, begini penjelasannya.
