instagram.com/silicagel.official
Menjadi grup band di tengah gempuran grup idol harus diakui bukanlah hal yang mudah. Terlebih, sebelumnya musik band juga kurang mendapatkan perhatian di Korea Selatan. Silica Gel tak mengelak tentang adanya berbagai kendala teknis saat akan tampil di panggung karena masih adanya keterbatasan dari segi fasilitas.
“Di Korea, rasanya kami telah melewati perkembangan secara kuantitatif dan sekarang sedang menghabiskan waktu dalam fase perkembangan kualitatif. Bagaimanapun, dengan adanya transisi ini, kami sering merasa bahwa masih ada kekurangan dari segi infrastruktur untuk mendukung keberagaman ledakan musik dan budaya yang sedang berlangsung. Dalam skala yang lebih kecil, misalnya, ketika kami diundang untuk tampil dan mengajukan permintaan alat. Terkadang kami diberi tahu bahwa alat yang kami minta tidak tersedia, atau kami hanya diberi waktu 15 menit untuk menyelesaikan transisi panggung dan melakukan cek sound karena keterbatasan jadwal,” ungkap mereka.
instagram.com/silicagel.official
Silica Gel lanjut mengungkap bahwa proses berkarya mereka terkadang menghadapi kendala keterbatasan sumber. Kembali lagi, grup ini juga berusaha mendobrak segala pengaruh dalam proses kreatifnya. Namun, kebaruan ide tersebut tak jarang menemui jalan buntu.
“Ketika kami sedang mengembangkan sebuah ide dan berupaya mewujudkannya, kami terkadang menemukan fakta bahwa bukan hanya kurangnya sosok expert yang bisa diajak berkolaborasi, tetapi juga bidang tertentu yang lebih spesifik juga tidak ada,” sambung Silica Gel.
Sehubungan dengan situasi pelik tersebut, Popbela kemudian mengajukan pertanyaan tambahan: setelah berkarier selama hampir satu dekade, bagaimana pendapat Silica Gel soal dukungan yang sekiranya bisa diberikan oleh industri musik untuk kasus ini? Bagaimanapun, komunitas musisi indie juga berhak untuk berkarya di ekosistem yang lebih baik.
Mereka menjawab, “saat kami berulang kali membaca pertanyaan ini, kami menyadari bahwa sangat penting bagi musisi indie untuk menyajikan karya mereka secara bertanggung jawab dengan cara yang memungkinkan mereka untuk menuntut apa yang layak mereka dapatkan. Daripada mencari hal apa yang bisa diberikan industri ini, kami berharap bisa melihat kemunculan yang lebih luas dari keberagaman budaya Korea dan sekumpulan audiens yang terus berkembang untuk memberi mereka apresiasi.”
Jika memang ada langkah konkret yang bisa dilakukan, Silica Gel berharap industri musik bisa memiliki pondasi yang lebih kuat. Tujuannya tak lain agar berbagai budaya bisa memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan dikenal lebih luas sembari tetap menciptakan karya terbaiknya. Untuk sekarang, band ini bersyukur dengan fakta bahwa Korea Selatan konsisten menarik perhatian dalam aspek budaya. Mereka pun yakin ada potensi yang masih bisa dikembangkan dari sana meski tanpa melibatkan terobosan yang dramatis.