Perempuan penyandang disabilitas menghadapi tantangan berlapis dalam dunia kewirausahaan. Tidak hanya berhadapan dengan stigma gender, mereka juga harus menghadapi keterbatasan akses karena kondisi disabilitas. Menurut Jonna Aman Damanik dari Komnas Disabilitas RI, wirausaha menjadi peluang penting bagi kelompok ini untuk meraih kemandirian ekonomi, meskipun diskriminasi masih membayangi.
“Di saat berwirausaha menjadi peluang besar bagi mereka untuk mandiri secara ekonomi dibandingkan mendapatkan pekerjaan formal, para UMKM perempuan disabilitas mengalami diskriminasi berlapis," kata Jonna Aman Damanik, selaku Komnas Disabilitas RI.
Sayangnya, mentor, role model, dan pelatihan kewirausahaan yang inklusif masih sangat minim. Inilah yang mendorong Alunjiva Indonesia—lewat payung Setara Berdaya Group—meluncurkan program SheAblepreneur sebagai bentuk keberlanjutan dari misi pemberdayaan mereka. Hingga 2024, Setara Berdaya Group telah memberdayakan lebih dari 62.000 perempuan, disabilitas, pemuda, dan kelompok marjinal di Indonesia, dengan dampak peningkatan omset usaha hingga 30% bagi penerima manfaat.
Program SheAblepreneur tahun ini akan dilaksanakan di Tangerang, Bandung, dan Yogyakarta pada Juni–September 2025. Pelatihan dilangsungkan secara daring dan luring, dengan pendekatan yang inklusif dan adaptif terhadap kebutuhan peserta. Sebanyak 15 perempuan (dengan atau tanpa disabilitas) akan mengikuti pelatihan lanjutan untuk pengembangan usaha, sementara 10 perempuan disabilitas akan mendapat pembekalan untuk memulai wirausaha dari nol.
Materi pelatihan mencakup Business Model Canvas, Literasi Digital, Literasi Keuangan, Media Sosial, hingga pengenalan AI—semua dirancang agar UMKM perempuan dan disabilitas mampu bersaing dan berkembang. Selain itu, program ini menargetkan pemberdayaan minimal 80% peserta, serta membuka akses magang bagi perempuan disabilitas di UMKM milik perempuan lainnya.