Elemen pertama yang menjadi masalah dan menuai kritik pedas adalah dengan adegan awal ketika Tae sung pergi ke Afrika untuk menjadi volunteer. Drama tersebut dimulai dengan perkenalan dua karakter utamanya.
Oh Han byeol memperkenalkan dirinya sebagai “Pemimpin Tim Hubungan Masyarakat di Starforce Entertainment.” Dia menjelaskan peran dan tanggung jawabnya, seperti siaran pers, komunikasi antara manajemen dan artis, dan membela artis yang diwakili.
Selama wawancara, Oh Han byeol terganggu oleh dering teleponnya. Jadi, dia menjawabnya, saat itu ia ditanya tentang salah satu aktor perusahaannya, Gong Tae sung. Dia menjelaskan bahwa sang aktor saat ini di luar negeri, melakukan pekerjaan sukarela di Afrika.
“Saya tidak yakin apa yang dia lakukan. Dia menjadi sukarelawan di Afrika jadi dia mungkin bekerja keras menggali sumur,” ucap Oh Han byeol.
Meskipun mungkin dimaksudkan untuk menggambarkan karakter secara positif, pemirsa menganggap adegan tersebut ofensif. Adegan pun langsung beralih ke Afrika dengan citra stereotip dan musik "tradisional" salah satu backsound dari Disney The Lion King.
Tak sampai di situ, seluruh adegan selama dua menit itu terus mengabadikan stereotip. Gong Tae sung berada di Afrika (daerahnya tidak disebutkan secara spesifik, dan secara umum mengabaikan benua sebagai monolit) untuk mengebor air.
Warganet menyerukan bahwa drakor tersebut menggambarkan Afrika sebagai sebuah negara ketimbang seluruh benua dan menggambarkan pemeran utama prianya dengan kompleks sebagai "penyelamat kulit putih", yang datang untuk membantu membawa air seolah-olah Afrika belum memiliki akses air.
Pemirsa juga mencatat bahwa editor menyertakan "filter kuning", teknik yang sering digunakan dalam film-film Hollywood ketika menggambarkan tempat-tempat asing, termasuk Meksiko, India, dan Afrika, sebagai tempat atau wilayang yang "kurang beruntung", "berbahaya", dan "terbelakang".
Selain itu, pemirsa lain mencatat bahwa sementara Afrika digambarkan sebagai "terbelakang" dan membutuhkan bantuan untuk akses air, Tae sung malah dapat melakukan obrolan video tanpa masalah. Jadi, itu bertentangan dengan dirinya sendiri juga saat berada di sana.
Akibatnya, banyak pemirsa yang merasa sulit untuk melewati dan menikmati sisa drama. Penggemar drakor dari Afrika pun sangat kecewa. Mereka menyebut drama tersebut memberikan penggambaran stereotip yang menyakitkan tentang Afrika.
Para penggemar drakor merasa bahwa tvN mengambil langkah ke arah yang salah, dan sangat terbelakang untuk menggambarkan Afrika sedemikian rupa pada tahun 2022. Namun, bukan hanya Shooting Stars yang memiliki masalah ini. Banyak drama menggambarkan negara asing secara stereotip.