Berdiri sejak: 1895
Sebelum dikenal sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, Bank Rakyat Indonesia (BRI) memulai kegiatan finansialnya sebagai kas masjid, sebagaimana tercatat dalam buku One Hundred Years Bank Rakyat Indonesia, 1895-1995 (1995: 5-6).
Dalam sejarahnya, pada 1894, seorang guru sekolah di Purwokerto ingin mengadakan pesta sunatan tetapi tidak memiliki cukup uang. Ia pun terpaksa meminjam dari rentenir dan menyebabkan beban hutang yang cukup memberatkan selanjutnya.
Prihatin mendengar kabar tersebut, Raden Bei Aria Wirjaatmadja mengambil inisiatif untuk mengelola uang kas masjid Kota Purwokerto sebesar 4.000 gulden. Ia menilai langkah ini dapat membantu guru, pegawai, dan petani agar tidak perlu meminjam uang.
Siapa yang menyangka, upaya ini ternyata membuka jalan untuk kemudian mendirikan bank simpan pinjam “De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden” bersama Raden Atma Soepradja, R. Atma Soebrata, dan R. Djaja Soemitra.
Berdasarkan Staatsblad No. 82 tahun 1934, bank ini diakui sebagai bank umum kredit rakyat, atau Algemene Volkscrediet Bank (AVB) sejak 19 Februari 1934. Namun, di masa pendudukan Jepang, nama AVB berubah menjadi Syomin Ginko.
Setelah Indonesia merdeka, bank ini berganti nama menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan sejak saat itu, pengelolaannya diambil alih oleh Pemerintah Indonesia.