Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
camille brodard
Unsplash.com/Camille Brodard

Intinya sih...

  • Dunia Sophie - novel filsafat populer yang membawa pemahaman kehidupan sehari-hari

  • Loving the Wounded Soul - mengupas stres, depresi, dan keterkaitan tubuh, pikiran, dan emosi

  • Filosofi Teras - membagikan pengalaman pribadi penulis dalam mengendalikan emosi dan kebajikan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak orang berpikir jika ilmu filsafat adalah hal yang rumit untuk dipelajari. Padahal dalam arti yang luas, filsafat dapat diartikan sebagai usaha dalam memahami kebenaran yang mendasar tentang diri sendiri, dunia yang mereka tinggali, serta hubungan manusia satu sama lain. Kini, untuk semakin memperdalam ilmu filsafat, tidak lagi perlu membaca buku-buku tebal yang membosankan. Kamu bisa memulainya dengan bertahap.

Misalnya, mulai membaca buku filsafat untuk pemula yang isinya ringan dan relate dengan kehidupanmu. Sehingga, kamu bisa memahaminya dengan mudah. Apa saja judul buku filsafat untuk pemula itu? Berikut beberapa rekomendasinya.

1. Dunia Sophie - penulis: Jostein Gaarder

Dok. Internet

Dunia Sophie, novel filsafat populer yang ditulis pada 1990-an, membawa kamu menyelami sejarah filsafat dari era pra-Socrates hingga abad ke-20. Lewat kisah seorang gadis remaja bernama Sophie, kita diajak merenungi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang mungkin selama ini kita anggap sepele—padahal justru sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Gaya narasi yang ringan namun menyentuh, membuat konsep-konsep besar seperti pemikiran Plato dan Aristoteles terasa lebih mudah dipahami dan relevan bagi pembaca muda.

Cerita dimulai dengan kehidupan biasa Sophie yang mendadak berubah ketika ia menerima surat misterius bertuliskan, "Siapakah kamu?" dan "Dari mana dunia ini berasal?". Rasa penasaran Sophie pun membawanya ke petualangan intelektual yang penuh teka-teki. Misteri semakin dalam saat surat yang seharusnya ditujukan kepada seseorang bernama Hilde Moller Knag justru tiba di rumah Sophie, lengkap dengan cap pos dari Lebanon—meski ia tinggal di Oslo, Norwegia. Perpaduan antara unsur misteri dan filsafat inilah yang membuat Dunia Sophie terasa unik dan bikin kita ikut bertanya, sebetulnya… apa yang sedang terjadi?

2. Loving the Wounded Soul - penulis: Regis Machdy

Tokopedia.com

Sebelum menyelami isi Loving Wounded Soul, buku ini membuka pembahasan dengan penjelasan tentang stres dan depresi, lengkap dengan ciri-ciri serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Ditulis dengan pendekatan yang penuh empati, buku ini mengupas fakta menarik dari berbagai penelitian, salah satunya tentang bagaimana perempuan lebih rentan mengalami depresi akibat fluktuasi hormonal. Namun yang mengejutkan, justru laki-laki lebih berisiko melakukan bunuh diri, menandakan bahwa gangguan mental bukan hanya soal siapa yang terlihat lemah, tapi juga siapa yang mampu bertahan dalam diam.

Lebih dari sekadar data dan teori, buku ini juga mengajak kita memahami keterkaitan erat antara tubuh, pikiran, dan emosi. Gangguan fisik seperti masalah perut, misalnya, bisa jadi cerminan dari emosi yang belum tuntas kita “cerna”. Di sinilah peran adaptasi jadi sangat penting, terutama saat menghadapi fase transisi seperti masuk dunia kerja atau menghadapi tekanan hidup lainnya. Loving Wounded Soul bukan hanya mengedukasi, tapi juga menjadi pelukan hangat bagi siapa pun yang sedang berjuang menavigasi luka batin dalam diam.

3. Filosofi Teras - penulis: Henry Manampiring

Dok. Kompas Klasika

Filosofi Teras karya Henry Manampiring berangkat dari gagasan kuno Stoa—teras berpilar tempat filsuf Zeno pertama kali mengajarkan cara hidup yang berfokus pada pengendalian diri dan kebajikan. Buku ini lahir dari titik balik kehidupan pribadi sang penulis yang menemukan ketenangan setelah mempelajari Stoisisme. Lewat bab-bab yang relatable, Henry membagikan pengalamannya yang awalnya mudah marah saat menghadapi kemacetan, hingga akhirnya bisa lebih tenang dan bijak menyikapi hal-hal kecil dalam hidup.

Apa yang membuat Filosofi Teras terasa dekat adalah pendekatannya yang tidak menggurui. Ajaran Stoa dalam buku ini disampaikan bukan sebagai aturan kaku, melainkan panduan hidup yang realistis dan membumi. Fokus utamanya bukan mengejar kebahagiaan, tapi hidup dengan kebajikan dan mengelola emosi negatif agar tercipta ketentraman yang tahan banting.

4. The Passions of The Soul - penulis: René Descartes

Gramedia.com

Dalam The Passions of the Soul, René Descartes mengajak kita menelusuri alam semesta dari sudut pandang yang lebih dalam—bukan hanya yang tampak, tapi juga yang tersembunyi dalam diri, terutama soal emosi. Menurut René Descartes, penguasaan terhadap kehidupan emosional adalah kunci kepuasan hidup, dan risalah-risalah dalam buku ini membantu kita memahami cara bekerja emosi seperti sedih, marah, benci, hingga cinta dengan cara yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya.

Buku ini nggak hanya membedah emosi dari sisi logis, tapi juga menyuguhkan nilai-nilai moral yang kuat. Descartes percaya bahwa memahami emosi dengan jernih bisa membawa kita ke level kehidupan yang lebih etis dan bermakna. The Passions of the Soul cocok untuk kamu yang ingin mengenal diri lebih dalam dan belajar menghadapi hidup dengan pikiran jernih dan hati yang stabil.

5. Suwung: Ajaran Rahasia Leluhur Jawa - penulis Setyo Hajar Dewantoro

Suwung Ajaran Rahasia Leluhur Jawa Buku Filsafat untuk Pemula (Tokopedia.com)

Suwung adalah inti dari ajaran spiritual leluhur Jawa yang berarti "kosong", namun bukan sembarang kosong. Ia adalah sumber dari segala penciptaan, tempat di mana kedamaian sejati hadir tanpa terikat suka maupun duka. Dalam pandangan leluhur, Tuhan adalah Suwung—kemahasadaran yang tak terlihat namun meliputi segalanya. Ketika seseorang mengalami Suwung, ia akan hidup selaras dengan Rasa Sejati, mengikuti arus kehidupan dengan penuh ketenangan.

Menyelami makna Suwung bukan sekadar perjalanan spiritual, tapi juga transformasi diri. Melalui pengalaman ini, kita bisa terbebas dari tekanan hidup yang semu, menemukan kebahagiaan yang lebih hakiki, dan mengakses potensi sejati dalam diri. Bukan cuma untuk ketenangan batin, tapi juga membuka jalan menuju hidup yang berkelimpahan dan lebih bermakna.

6. The Little Prince - penulis: Antoine de Saint-Exupéry

The Little Prince Buku Filsafat untuk Pemula (Shopee.com)

Cerita ini diawali dari masa kecil sang tokoh utama yang penuh imajinasi. Ia menggambar ular boa yang menelan gajah, namun orang dewasa tak mampu memahaminya dan menyuruhnya berhenti menggambar demi belajar pelajaran “serius”. Akhirnya, ia tumbuh besar menjadi seorang pilot dan membawa serta gambar masa kecilnya itu.

Namun, tak ada satu pun orang dewasa yang benar-benar mengerti makna dari gambar tersebut—hingga ia bertemu seorang pangeran kecil di gurun Sahara setelah pesawatnya jatuh. Pangeran itu memintanya menggambar seekor domba. Setelah beberapa kali mencoba dan ditolak, sang pilot menggambar kotak dan mengatakan bahwa dombanya ada di dalam sana. Anehnya, si pangeran justru bisa melihatnya dan merasa puas.

Dari titik ini, sang pilot menyadari bahwa pangeran cilik itu bukan anak biasa. Ia berasal dari planet kecil bernama Asteroid B-612 yang memiliki tiga gunung berapi dan setangkai bunga mawar yang sangat ia cintai. Ia menjalani hari-harinya dengan merawat planetnya, mencabuti tunas baobab, dan membersihkan gunung berapi agar planetnya tetap aman. Cerita ini tidak hanya menyentuh sisi imajinasi, tapi juga membawa pesan mendalam tentang bagaimana dunia anak-anak penuh makna yang sering luput dipahami oleh orang dewasa.

7. Madilog - penulis: Tan Malaka

Madilog Buku Filsafat untuk Pemula (Gramedia.com)

Madilog, karya monumental Tan Malaka yang ditulis dengan nama pena Iljas Hussein, merupakan tonggak penting dalam sejarah filsafat Indonesia modern. Buku ini merupakan gabungan dari materialisme, dialektika, dan logika (Madilog), yang dirumuskan sebagai alternatif cara berpikir masyarakat Indonesia saat itu—yang masih kental dengan logika mistik. Ditulis saat Tan Malaka bersembunyi di Batavia selama pendudukan Jepang, Madilog menolak penerapan Marxisme secara mentah karena perbedaan mendasar antara struktur sosial Indonesia dan Eropa. Sebaliknya, buku ini menawarkan pendekatan nasionalis dengan pengaruh dari Hegel, Feuerbach, Marx, dan positivisme logis, guna membentuk karakter bangsa dalam masyarakat modern yang berpijak pada nalar ilmiah.

Proses penulisan Madilog berlangsung selama lebih dari delapan bulan, dari Juli 1942 hingga Maret 1943, ditulis di tengah kondisi sulit dan penuh pengawasan penjajahan Jepang. Tan Malaka menjalani hidup sebagai penjahit sambil aktif membantu pekerja paksa melalui organisasi seperti BPP dan BP3. Meskipun sempat tertunda karena kendala dana dan situasi politik, buku ini akhirnya diterbitkan secara independen pada 1943, lalu secara resmi oleh Penerbit Widjaya pada 1951. Madilog kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda dan menjadi warisan pemikiran yang terus diperbincangkan, bukan hanya karena nilai filosofisnya, tapi juga karena keberaniannya menawarkan cara berpikir baru bagi bangsa yang tengah mencari jati diri.

Itulah tadi rekomendasi buku filsafat untuk pemula. Ada yang sudah kamu baca, Bela?

Editorial Team