Melansir dari CNBC Indonesia, konflik antara Israel dan Palestina telah berlangsung selama lebih dari 100 tahun, tepatnya berakar dari surat "Deklarasi Balfour" pada 2 November 1917, yang dituliskan oleh Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur Balfour.
Ditujukan kepada Lionel Walter Rothschild, seorang tokoh komunitas Yahudi Inggris, surat tersebut mengikat pemerintah Inggris untuk mendukung pembentukan rumah nasional bagi orang Yahudi di Palestina yang mayoritas penduduk aslinya adalah Arab Palestina.
Dari situlah, kekuatan Eropa mulai menjanjikan isi surat tersebut melalui Mandat Inggris pada 1923 yang berlangsung hingga 1948, menyebabkan gelombang migrasi massal orang Yahudi, berikut dengan perubahan demografi negara dan penyitaan tanah oleh Inggris.
Pada 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadopsi Resolusi 181 yang menyerukan pembagian Palestina menjadi negara-negara Arab dan Yahudi. Namun, Palestina menolak karena pembagian lahan tersebut dianggap tidak sesuai dengan fakta bahwa 94% wilayah bersejarah adalah milik Palestina dan mencakup 67% populasi.
Meski begitu, sebelum Mandat Kekuasaan Inggris berakhir pada 1948, paramiliter Israel sudah memulai operasi militer guna memperluas perbatasan Israel. Dampaknya, sekitar 750.000 warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Saat ini, keturunan mereka hidup sebagai 6.000.000 pengungsi di 58 kamp pengungsi di seluruh Palestina dan di negara-negara tetangga, seperti Lebanon, Suriah, Yordania, dan Mesir.
Pada 15 Mei 1949, Israel mengumumkan pendiriannya, memicu perang Arab-Israel pertama yang berakhir dengan persetujuan gencetan senjata pada Januari 1949.
Namun, perang tersebut bukanlah satu-satunya aksi penolakan bangsa-bangsa Arab atas kependudukan Israel di Palestina. Pada 5 Juni 1967, koalisi Arab kembali melawan Israel dalam pertempuran berdarah yang disebut dengan istilah Perang 6 Hari.
Para penduduk Palestina juga mengadakan perlawanan yang disebut intifada dalam bahasa Arab. Pemicu intifada pertama adalah kematian 4 warga Palestina dalam kecelakaan tabrakan antara truk Israel dan dua van yang membawa pekerja Palestina.
Selanjutnya, setelah Perjanjian Oslo dan pembentukan Otoritas Palestina (PA), intifada kedua mulai terjadi pada 28 September 2000 akibat kunjungan provokatif pemimpin oposisi Partai Likud Israel, Ariel Sharon, ke kompleks Masjid Al-Aqsa.
Setahun kemudian, intifada kedua berakhir, pemukiman Israel di Jalur Gaza dibongkar, dan tentara Israel serta 9.000 pemukim meninggalkan daerah tersebut.
Sejak itulah, Hamas mulai menguat, memicu konflik internal antara Fatah dan Hamas. Konflik ini tidak hanya menimbulkan korban jiwa di kalangan penduduk Palestina, tetapi juga pengusiran Fatah dari Jalur Gaza dan aksi perlawanan terhadap Israel oleh Hamas.
Menyikapi keadaan tersebut, Israel memberlakukan blokade darat, udara, dan laut di Jalur Gaza. Dengan tuduhan Israel kepada Hamas atas aksi “terorisme,” Israel telah melancarkan empat serangan militer berkepanjangan di Gaza pada 2008, 2012, 2014, dan 2021.
Diperkirakan jumlah total korban jiwa di antara penduduk sipil berkisar dari puluhan hingga ratusan ribu, dengan mayoritas korban yang dirugikan terjadi di pihak Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak yang memiluhkan hati para penduduk dunia.
Diyakini bahwa angka kematian sebenarnya mungkin lebih tinggi, terutama ketika konflik antara Israel dan Palestina kembali pecah sejak penyerangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, memicu perang yang belum menemukan kesepakatan gencatan senjata.
Berdasarkan laporan Al Jazeera pada 15 April 2024, Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan bahwa jumlah warga Palestina yang tewas sejak Israel melancarkan serangannya enam bulan lalu mencapai 33.797 orang, belum termasuk para korban yang terkubur di puing-puing bangunan yang runtuh akibat serangan Israel.
Sementara itu, jumlah korban luka-luka mencapai 76.465 orang, yang mana para petugas medis juga mengalami kesulitan untuk mengobati para korban akibat situasi perang yang masih berlanjut, menyebabkan keadaan yang tragis bagi para penduduk Palestina.
Di satu sisi, jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 mencapai 1.139 orang. Selain itu, berdasarkan informasi dari akun Instagram resmi Israel, 133 tawanan masih ditahan di Gaza hingga saat ini.