instagram.com/radenjokowidodo
Tindakan Baim dan Paula pun sontak menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan. Beberapa mendukung Baim karena ‘niat baiknya’ untuk membantu para remaja tersebut berkreasi dan mewujudkan mimpi, serta memberi ruang khusus.
Tapi di sisi lain, banyak yang berpendapat bahwa itu hanyalah alasan untuk memperluas ‘panggung’ Baim. Tak sedikit yang menyuarakan “created by the poor, stolen by the rich” yang berarti CFW sebagai kreasi anak bangsa di mana mayoritas adalah kalangan menengah ke bawah, tapi diambil/dicuri oleh para orang-orang besar atau kaya untuk kepentingan mereka sendiri.
Para warganet memberi kritiknya karena saat diajukan sebagai merek dagang, kemungkinan baik royalty maupun endorse justru jatuh kepada tangan si ‘pemilik’. Mereka memberi saran bahwa mengapa tidak mengajarkan atau mengikut sertakan para remaja SCBD (Sudirman, Citayam, Bojong Gede, Depok) untuk mengejar mimpi mereka tersebut. Seperti, melibatkan dalam proses pengajuan HAKI dan menggunakan nama bersama atau khusus dibanding dengan nama perusahaan Baim.
instagram.com/naninbasuki
Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat juga memberikan pendapatnya terkait hal tersebut. Ia menulis di Instagramnya bahwa tak semua harus dikomersialkan. Ridwan Kamil mengatakan “fenomena #CitayamFashionWeek itu adalah gerakan organik akar rumput yang tumbuh kembangnya harus natural dan organik pula.”
Jika fenomena tersebut diformalkan atau dimewahkan maka bisa menghilangkan tujuan utama bahkan mati muda. Ia juga berpesan untuk membiarkan anak-anak tersebut berkreasi dan jika ingin memajukan, biarlah itu merupakan inisiatif mereka sendiri dari komunitas yang telah dibuat di sana.
Popbela sudah mencoba menghubungi Baik Wong terkait hak royalti maupun bentuk kerjasama yang berkaitan dengan Citayam Fashion Week yang didaftarkan oleh pihaknya. Namun sampai artikel ini naik, Popbela belum mendapat balasan.
Itulah fakta-fakta terkait Baim Wong yang mendaftarkan Citayam Fashion Week sebagai merek dagang. Kita tunggu perkembangannya, ya, Bela.