Saddam Hussein adalah pemimpin Irak dari 1979 hingga 2003. Selama pemerintahannya, dia memberi izin terjadinya serangan yang nggak terhitung ke orang-orang. Saddam memerintahkan serangan kimia, mencongkel mata, pemukulan dan serangan brutal untuk ditontonnya.
Pandangan konvensional tentang Saddam Hussein adalah, seorang diktator brutal yang memerintah rakyatnya melalui ketakutan dan memimpin Irak ke dalam serangkaian konflik yang menghancurkan. Namun, di sisi lain, bagi kepala gerakan Ba'athist, Saddam Hussein adalah seorang modernis sekuler yang membawa pembangunan ekonomi ke Irak, yang merupakan benteng melawan revolusi Islam (dan didukung oleh barat melawan Iran di 1980-an), yang mengukuhkan Irak sebagai negara kesatuan bangsa meskipun ada kekuatan sentrifugal dari kelompok etnis dan agama yang berbeda.
John Nixon, mantan perwira CIA yang menginterogasi diktator tersebut, setelah dia ditangkap oleh pasukan koalisi pada Desember 2003, merinci pertemuannya dengan Saddam Hussein dan berbagai diskusi yang mengikutinya. Sejak awal, Saddam memperingatkan bahwa pendudukan Irak tidak akan semudah yang diasumsikan oleh neokonservatif Washington pada saat itu.
Ketika saya menginterogasi Saddam, dia mengatakan kepada saya: “Kamu akan gagal. Anda akan menemukan bahwa tidak mudah untuk memerintah Irak.” Ketika saya mengatakan kepadanya bahwa saya penasaran mengapa dia merasa seperti itu, dia menjawab: “Anda akan gagal di Irak karena Anda tidak tahu bahasa, sejarah, dan Anda tidak mengerti pikiran Arab.”
Pada pagi hari Idul Adha, tanggal 30 Desember 2006, Saddam Hussein digantung sampai mati atas perbuatannya melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.