Berbeda dengan rumah adat Baileo, rumah adat Sasadu bukan rumah bermodel panggung walaupun fondasinya berbentuk tiang-tiang. Fungsi dari tiang-tiang itu sebagai penopang kerangka atap rumah.
Material yang digunakan untuk membangun rumah ini adalah ijuk, daun sagu dan daun kelapa. Persamaan antara rumah adat Sasadu dan Baileo adalah desainnya yang tanpa dinding. Hal ini dikarenakan rumah adat Sasadu juga memiliki fungsi sebagai tempat musyawarah.
Uniknya, dari rumah adat Sasadu walau tidak memiliki dinding, namun dilengkapi dengan banyak pintu. Setidaknya ada enam pintu masuk pada rumah adat Sasadu. Fungsi pintu-pintu tersebut juga berbeda. Yaitu dua pintu untuk perempuan, dua untuk laki-laki, serta dua pintu lainnya hanya untuk para tamu.
Pada atap rumah, terdapat dua helai kain berwarna merah dan putih yang melambangkan rasa nasionalisme dan komitmen tinggi dari masyarakat Maluku. Selain itu, terdapat bola-bola ijuk yang melambangkan kestabilan dan kearifan.
Untuk filosofi dari rumah adat Sasadu adalah; pertama, bagian bawah dari atap rumah Sasadu yang biasanya dibuat lebih pendek dari bagian langit-langitnya. Itu mengartikan keterbukaan dan penghargaan kepada setiap orang yang datang ke Maluku yang telah patuh dan menghormati aturan setempat. Kedua, bagian ukiran di atap rumah adat Maluku Utara yang menyerupai sebuah perahu. Ukiran tersebut melambangkan kebanggaan masyarakat Maluku yang suka melaut karena dilahirkan dari keturunan pelaut ulung.