Mengutip dari Variety, James Gunn membenarkan bahwa film Superman mengusung tema politik dan moralitas. Dari trailer-nya saja, penonton sudah disuguhkan dengan adegan wawancara (atau mungkin debat?) sengit antara Clark Kent sebagai Superman dan pujaan hatinya, Lois, tentang keterlibatannya dalam perang Boravia dan Jarhanpur.
"People were going to die!" serunya, yang menjadi salah satu dialog paling mengesankan di film ini. Superman bersikeras bahwa ia tak mewakili negara manapun. Ia hanya ingin tidak ada nyawa yang terbunuh sia-sia hanya karena keserakahan.
James Gunn juga membuat Superman versinya lebih terasa manusiawi. Ia bisa berdarah, pesimis, dibenci, dan melakukan keteledoran lainnya. Hal ini secara tak langsung membuat penonton juga relate karena bisa merasakan berbagai emosi seperti senang, sedih, kalut, marah, kesal, dan lain-lain dalam durasi film yang mencapai 2 jam 9 menit tersebut.
"Dalam film kami, saya membuat Superman jadi kurang begitu kuat. Dia tidak membalikkan waktu, tidak meninju planet. Dia tetap sangat kuat, bisa mengangkat gedung pencakar langit, tapi dia tidak sepenuhnya tak terkalahkan. Di awal film, kita melihat Superman yang berdarah. Bagi saya, saat membayangkan adegan itu terjadi, saya berpikir, 'Bagaimana, bagaimana kita bisa sampai di titik ini?'" ungkap James Gunn dalam rilis yang Popbela terima.