"Nah, ngene tho nek nggarap film iku. Luwih tertoto timbang sadurunge (nah, harusnya begini dong kalau membuat film itu. Lebih rapi dibandingkan film sebelumnya)."
Komentar itu langsung meluncur begitu saja saat saya selesai menyaksikan versi terbaru dari KKN di Desa Penari yang berjudul KKN di Desa Penari: Luwih Dowo, Luwih Medeni. Di musim liburan akhir tahun 2022 ini, MD Pictures secara 'nekat' merilis kembali film fenomenal dan terlaris sepanjang sejarah film Indonesia ini dalam waktu yang lumayan berdekatan. Seolah tak puas dengan pencapaian 9,2 juta penonton dalam kurun waktu kurang lebih satu bulan, KKN di Desa Penari dirilis kembali dengan menambahkan beberapa detil dan tokoh.
Sesuai dengan judulnya, film ini memang luwih dowo (lebih panjang secara durasi), tapi nggak luwih medeni (lebih menakutkan) dibandingkan versi sebelumnya. Namun, saya mengapresiasi beberapa 'perbaikan' di beberapa bagian film yang menandakan bahwa filmmakers di baliknya menerima semua kritik dan masukan dari penonton.
