Instagram.com/twivortiarefilm
Selain nilai plus, ada juga kekurangan dari film ini. Menurut saya setiap masalah yang terjadi dalam film ini diselesaikan dengan serba tanggung yang justru membuat bingung. Mungkin memang tidak mudah merepresentasikan detail buku ke dalam film yang durasinya terbatas. Namun, bukan tidak mungkin detail penting dalam buku diangkat ke film.
Setidaknya ada tiga hal tanggung yang cukup membuat saya bingung dan kurang merasakan klimaks dari masalah yang dibahas di dalam film ini. Pertama, saat Alex meminta cerai dari Beno di awal film. Meski kita sama-sama tahu alasan Alex menggugat cerai Beno adalah karena kesibukan Beno sebagai dokter.
Tapi, apakah hanya itu? Saya merasa ada hal yang janggal dan kurang lengkap yang tak diceritakan mengenai detail permasalahan mereka di awal. Tahu-tahu keduanya sudah berpisah dan masing-masing memiliki kehidupan sendiri-sendiri.
Instagram.com/twivortiarefilm
Hal tanggung kedua adalah saat Alex putus dengan pacarnya Denny (Denny Sumargo). Denny tahu kalau Alex masih mencintai Beno dan sebaliknya. Mungkin itu alasan Denny memutuskan Alex. Tapi, kejadiannya yang begitu saja tanpa ada penjelasan lebih lanjut membuat penonton bingung apakah Alex masih bersama Denny atau tidak.
Terakhir, hal tanggung yang sampai membuat saya kurang merasakan klimaks film adalah saat Alex berhasil memenangkan kontrak dari pebisnis yang nyaris gagal. Pada scene sebelumnya, diperlihatkan kalau klien Alex tak tertarik dengan kerja sama itu. Namun di akhir film, tiba-tiba saja klien tersebut tertarik dan bahkan sudah menandatangani perjanjian kerja sama tanpa ada penjelasan lebih lanjut. Tentu hal ini membuat bingung.
Meski banyak hal membingungkan, namun secara keseluruhan film Twivortiare cukup menghibur dan sangat erat dengan kehidupan pasangan urban modern.
Kamu sudah menonton filmnya? Jika sudah tulis pendapat kamu di kolom komentar ya!