Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
Ir. Soekarno (Bung Karno) didampingi Drs. Mohammad Hatta (Bung Hatta) sedang memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada hari Jum'at tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 pagi di Pegangsaan Timur 56 Jakarta (sekarang jalan Proklamasi). (Situs id.wikipedia.org)
Ir. Soekarno (Bung Karno) didampingi Drs. Mohammad Hatta (Bung Hatta) sedang memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada hari Jum'at tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 pagi di Pegangsaan Timur 56 Jakarta (sekarang jalan Proklamasi). (Situs id.wikipedia.org)

Intinya sih...

  • Jepang menyerah kepada Sekutu memicu desakan proklamasi, meski golongan tua dan muda berbeda pandangan.

  • Peristiwa Rengasdengklok dilakukan untuk mengamankan Soekarno dan Mohammad Hatta dari pengaruh Jepang.

  • Proklamasi 17 Agustus 1945 dibacakan di kediaman Soekarno yang berlokasi di Pegangsaan Timur 56, menandai berdirinya Indonesia sebagai negara berdaulat.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setiap 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan dengan penuh semangat. Menjelang momen bersejarah ini, suasana semakin meriah dengan kibaran bendera merah putih di setiap rumah, beragam perlombaan khas, hingga upacara khidmat di sekolah maupun instansi.

Peringatan ini bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan pengingat akan jasa para pahlawan yang telah berjuang merebut kemerdekaan. Pada 17 Agustus 1945, Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, membacakan teks proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta Pusat.

Teks Proklamasi yang sudah diketik (Situs news.republika.co.id)

Teks proklamasi tersebut merupakan hasil pemikiran Soekarno bersama Mohammad Hatta dan Achmad Soebardjo. Seusai pembacaan, bendera pusaka Sang Saka Merah Putih untuk pertama kalinya berkibar di hadapan rakyat yang diliputi euforia, meski prosesi berlangsung sederhana tanpa protokol resmi.

Lantas, bagaimana latar sejarah yang melatarbelakangi pernyataan merdeka itu? Yuk, kita kilas balik perjalanan bersejarah menuju lahirnya kemerdekaan Indonesia.

Jepang menyerah kepada Sekutu, tetapi muncul tekanan menuju proklamasi kemerdekaan

Jepang menyerah atas Amerika. (Situs kompas.com)

Pada Agustus 1945, situasi dunia bergejolak setelah bom atom dijatuhkan Amerika Serikat ke Hiroshima (6 Agustus) dan Nagasaki (9 Agustus), yang membuat Jepang menyerah kepada Sekutu. Di tengah situasi ini, Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI; atau Dokuritsu Junbi Chosakai) berganti nama menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI; atau Dokuritsu Junbi Inkai) sebagai langkah konkret menuju kemerdekaan.

Soekarno dan Mohammad Hatta selaku pimpinan PPKI, serta Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI, diundang ke Dalat, Vietnam, untuk bertemu pimpinan Jepang yang menyatakan akan memberikan kemerdekaan Indonesia dalam waktu dekat. Namun, para pemuda menolak kemerdekaan yang dianggap sebagai "hadiah" dari Jepang dan mendesak agar kemerdekaan segera diproklamasikan.

Meski ada perbedaan pandangan antara golongan tua yang mengutamakan persiapan matang dan golongan muda yang ingin kemerdekaan secepatnya, tekanan untuk mengambil alih kekuasaan terus meningkat. Kondisi ini memuncak pada pertengahan Agustus 1945, saat rapat PPKI batal dilaksanakan karena ketidakhadiran Soekarno dan Mohammad Hatta, sementara para pemuda mulai mengambil inisiatif.

Peristiwa Rengasdengklok, upaya mengamankan proklamasi dari pengaruh Jepang

Soekarno-Hatta berdiskusi dengan kelompok pemuda di rumah pengasingan daerah Rengasdengklok. (Wikimedia/Permana Demak)

Pada dini hari 16 Agustus 1945, sekelompok pemuda pejuang yang dipimpin Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana, bersama Shodanco Singgih dari PETA (Pembela Tanah Air), membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang masih bayi) serta Mohammad Hatta ke Rengasdengklok. Tujuannya adalah menjauhkan keduanya dari pengaruh Jepang agar proklamasi tidak tertunda.

Di Rengasdengklok, para pemuda meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan rakyat siap menghadapi risiko apapun demi kemerdekaan. Sementara itu di Jakarta, Achmad Soebardjo menengahi perbedaan antara golongan tua dan muda dengan kesepakatan proklamasi dilakukan di Jakarta.

Setelah tercapai kesepakatan, Soekarno dan Mohammad Hatta kembali ke Jakarta untuk mempersiapkan pertemuan PPKI di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda, yang kemudian menjadi tempat bersejarah perumusan teks proklamasi.

Perumusan teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda

Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta (facebook.com/munasprok)

Awalnya, Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto menolak memberi izin atas dasar perintah Tokyo untuk menjaga status quo. Namun, Soekarno, Mohammad Hatta, dan Achmad Soebardjo tetap melanjutkan perumusan teks proklamasi di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda yang memberikan dukungannya.

Konsep teks disusun oleh Soekarno, dibantu masukan dari Mohammad Hatta dan Achmad Soebardjo. Tokoh-tokoh seperti B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sukarni juga hadir.

Naskah akhirnya ditandatangani Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia, dengan Sayuti Melik kemudian menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik milik Angkatan Laut Jerman. Demi keamanan, pembacaan proklamasi diputuskan dilakukan di kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56.

Pembacaan teks proklamasi

Ir. Soekarno (Bung Karno) didampingi Drs. Mohammad Hatta (Bung Hatta) sedang memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada hari Jum'at tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 pagi di Pegangsaan Timur 56 Jakarta (sekarang jalan Proklamasi). (Situs id.wikipedia.org)

Pada 17 Agustus 1945, upacara bersejarah pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia berlangsung di kediaman Soekarno. Acara dimulai pukul 10.00, dengan Soekarno membacakan teks proklamasi yang kemudian disambung dengan pidato singkat tanpa teks.

Bendera pusaka Sang Saka Merah Putih, hasil jahitan Fatmawati, dikibarkan oleh Latief Hendraningrat bersama Soehoed, diiringi lagu "Indonesia Raya" oleh para hadirin. Meski sempat terjadi kebingungan akibat perubahan lokasi upacara, Mohammad Hatta memberikan amanat singkat untuk menenangkan suasana.

Keesokan harinya, PPKI mengesahkan Undang-undang Dasar (UUD) 1945, serta memilih Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai presiden dan wakil presiden pertama Republik Indonesia, serta menjadi penanda berdirinya pemerintahan nasional yang berdaulat.

Fakta menarik di balik proklamasi kemerdekaan Indonesia

Pengibaran bendera merah putih pada 1945. (paskibraka-jp.or.id)

Rumah di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, tempat proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan, awalnya merupakan milik seorang Belanda bernama Mr. Jhr. P.R. Feith dan sempat digunakan oleh Jepang serta Belanda untuk berbagai kepentingan selama masa pendudukan. Setelah kemerdekaan, rumah tersebut dibeli oleh pemerintah Indonesia dengan harga 250 ribu gulden, dan kemudian dijadikan simbol bersejarah perjuangan bangsa.

Proklamasi yang dibacakan di rumah ini menandai awal revolusi nasional Indonesia melawan Belanda dan pro-Belanda hingga kemerdekaan diakui secara resmi pada 1949. Pada 2005, Belanda menerima tanggal 17 Agustus 1945 secara de facto sebagai hari kemerdekaan, akan tetapi berbagai kontroversi hukum dan pengakuan internasional masih terjadi, termasuk pengakuan PBB pada 27 Desember 1949.

Tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus kemudian ditetapkan sebagai hari libur nasional, melalui keputusan pemerintah yang dikeluarkan pada 18 Juni 1946.

Itu dia rangkuman sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia yang harus kamu ketahui! Perjalanan panjang menuju proklamasi pada 17 Agustus 1945 adalah bukti tekad dan persatuan bangsa dalam merebut kemerdekaan.

Semangat juang para pahlawan harus terus kita jaga, tidak hanya dalam perayaan tahunan, tetapi juga melalui karya nyata demi mewujudkan Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur. Merdeka!

Editorial Team