Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popbela lainnya di IDN App
Salinan dari BEFORE_20250723_012436_0000.png
Dok. Bakti Budaya Djarum Foundation

Intinya sih...

  • Hari Kebaya Nasional diperingati dengan film pendek #KitaBerkebaya yang menghadirkan kisah perempuan melalui kebaya

  • Lebih dari 250 perempuan dari berbagai komunitas terlibat dalam film ini, termasuk Maudy Ayunda dan Andien

  • Kebaya menunjukkan kemampuannya untuk berevolusi tanpa meninggalkan jati diri di era digital dan globalisasi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setiap helai kain kebaya menyimpan lebih dari sekadar estetika: ia menyulam sejarah, identitas, dan semangat perempuan Indonesia dalam balutan keanggunan yang khas. Menyambut Hari Kebaya Nasional yang diperingati setiap 24 Juli, Bakti Budaya Djarum Foundation kembali menggugah kesadaran publik lewat karya sinematografi bertajuk #KitaBerkebaya—sebuah film pendek yang menyuarakan lebih dari sekadar nostalgia akan busana tradisional.

Film ini bukan sekadar selebrasi atas keindahan busana warisan nenek moyang, melainkan sebuah cermin yang merefleksikan bagaimana perempuan Indonesia terus bertumbuh, bergerak, dan bersuara. Tanpa banyak kata, kebaya menjadi medium ekspresi dan perlawanan, menjelma sebagai simbol kekuatan perempuan yang lembut namun tegas. Lantas, seperti apa gerakan yang digagas Bakti Budaya Djarum Foundation kali ini? Mari simak informasinya lewat artikel berikut ini, Bela!

#KitaBerkebaya: Ruang narasi perempuan lewat kain dan benang

Dok. Bakti Budaya Djarum Foundation

Ditopang oleh Keputusan Presiden No. 19 Tahun 2023, Hari Kebaya Nasional menjadi momentum penting untuk merayakan kekayaan budaya dan memperkuat identitas bangsa. Dalam perayaan ini, Bakti Budaya Djarum Foundation secara khusus mengundang awak media pada Selasa (22/07) untuk menyaksikan film pendek #KitaBerkebaya, sebuah medium visual yang menghadirkan kisah perempuan melalui kebaya yang mereka kenakan.

“Dalam perayaan Hari Kebaya Nasional ini kita tidak hanya membicarakan tentang sehelai kain indah, tapi juga membicarakan identitas, sejarah, dan peran perempuan dalam perjalanan bangsa ini. Kebaya bukan sekadar pakaian, namun merupakan cerita hidup yang dikenakan. Melalui #KitaBerkebaya, kami ingin kembali mengingatkan bahwa kebaya merupakan identitas bangsa yang mempersatukan segala kelas sosial dan lintas batas wilayah yang tersebar di seluruh Nusantara dengan berbagai variasi," pungkas Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, dalam Konferensi Pers Peluncuran Film Pendek #KitaBerkebaya di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, pada Selasa (22/07/2025).

"Kebaya memancarkan keanggunan, namun juga mencerminkan ketangguhan dan kelembutan perempuan Indonesia. Kami ingin kebaya dapat kembali hadir dalam aktivitas sehari-hari, bukan hanya sebagai simbol budaya, tetapi juga sebagai kekuatan ekonomi yang memberdayakan, baik dari penjual kain, penjahit, pembatik, perancang busana, hingga pelaku industri kreatif lainnya di seluruh Indonesia,” tambahnya.

Disutradarai oleh Bramsky, film yang tayang di kanal YouTube Indonesia Kaya ini tak hanya menampilkan kebaya sebagai simbol estetika, tetapi juga sebagai bentuk sikap—suara tanpa kata yang meresapi perjalanan hidup perempuan Indonesia. Dengan pendekatan puitis namun membumi, kebaya digambarkan sebagai entitas yang hidup: bisa marah, lembut, keras kepala, dan penuh kasih. Lebih dari pakaian, kebaya adalah identitas dan cerminan keteguhan hati.

Maudy Ayunda hingga Andien, suara perempuan dalam #KitaBerkebaya

Dok. Bakti Budaya Djarum Foundation

Keterlibatan lebih dari 250 perempuan dari berbagai komunitas menunjukkan bahwa *#KitaBerkebaya* adalah gerakan bersama, bukan sekadar produksi film. Dari Kebaya Menari hingga Putra Putri Batik, dari pesisir Jawa hingga pegunungan Bali, semua bersatu dalam satu benang merah: merawat dan menghidupkan kembali kebaya dalam keseharian.

Dukungan juga datang dari nama-nama besar seperti Maudy Ayunda, Maudy Koesnaedi, Tara Basro, Dian Sastrowardoyo, Eva Celia, Raihanun, Titi Radjo Padmaja, Andien, dan Lutesha—bukan semata karena popularitas mereka, melainkan karena mereka membawa narasi otentik tentang perempuan yang sadar akan sejarahnya dan bangga terhadap identitasnya. Penampilan mereka pun kian kuat berkat sentuhan kreatif dari fashion stylist Hagai Pakan, yang berhasil memadukan keanggunan kebaya dengan karakter unik masing-masing tokoh, sehingga kebaya tampil bukan hanya sebagai busana, tapi juga sebagai pernyataan personal yang kuat.

“Bagi saya, kebaya adalah ruang perlawanan yang lembut, tapi tegas. Kita tidak selalu perlu meninggikan suara untuk menyampaikan pendapat, karena kadang, apa yang kita kenakan sudah cukup bicara. Kebaya adalah sikap. Ketika kita mengenakannya dengan sadar, kita sedang memilih untuk berdiri dalam sejarah, tapi pada saat yang sama tetap melangkah ke masa depan,” tutur Maudy Ayunda, menegaskan makna kebaya sebagai bentuk ekspresi dan kekuatan perempuan.

Kebaya di era modern, warisan yang berevolusi

Dok. Bakti Budaya Djarum Foundation

Di tengah era digital dan derasnya arus globalisasi, kebaya tak lantas kehilangan tempatnya. Justru sebaliknya, kebaya menunjukkan kemampuannya untuk terus beradaptasi dan berevolusi tanpa meninggalkan jati diri. Dari ruang kerja hingga panggung internasional, kebaya mulai hadir dalam bentuk-bentuk baru—menjadi simbol budaya sekaligus penggerak roda ekonomi kreatif.

Dengan desain yang kian inklusif dan fungsi yang semakin luas, kebaya kini bukan lagi sekadar peninggalan masa lalu. Ia juga menjadi bagian dari masa depan. Saat perempuan memilih mengenakan kebaya, mereka tidak hanya berdandan, tetapi juga menyampaikan pesan bahwa menjadi modern tidak harus berarti meninggalkan akar budaya.

Mengenakan kebaya dan merayakan diri sebagai perempuan Indonesia

Dok. Bakti Budaya Djarum Foundation

Lebih dari sehelai kain, kebaya adalah perayaan terhadap siapa diri kita sebagai perempuan Indonesia #KitaBerkebaya hadir sebagai pengingat bahwa tradisi tidak harus terkurung dalam bingkai museum. Ia bisa berjalan di trotoar kota, masuk ke ruang rapat, hingga melangkah ke panggung dunia—hidup dan relevan di setiap langkah perempuan masa kini. Karya sinematografi ini dapat disaksikan melalui YouTube Indonesia Kaya mulai tanggal 24 Juli 2025.

Selain meluncurkan film pendek, Bakti Budaya Djarum Foundation juga akan menghadirkan semangat #KitaBerkebaya secara luring melalui sejumlah rangkaian acara di Pos Bloc Jakarta dan ARTJOG, Yogyakarta. Kehadiran kebaya dalam ruang publik ini menjadi perpanjangan dari gerakan budaya yang tidak hanya bisa disaksikan di layar, tetapi juga dirasakan langsung oleh masyarakat.

Hari Kebaya Nasional bukan sekadar tentang busana, melainkan tentang keberanian untuk berdiri tegak dengan kelembutan dan kekuatan yang dimiliki. Mengenakan kebaya secara sadar adalah pilihan untuk berpijak pada sejarah sekaligus melangkah mantap ke masa depan. Selamat Hari Kebaya Nasional, mari terus merajut cerita kita dengan benang, kain, dan keyakinan.

Editorial Team