Sejalan dengan pesan yang tertuang dalam lirik, lagu ini terinspirasi dari keadaan Sal Priadi semasa pandemi. Pada masa itu, keadaan memaksa Sal Priadi untuk merasakan mesra dan kasih sayang dalam kondisi yang harus sesederhana mungkin karena keterbatasan ruang gerak.
Lagu ini ditulis sebagai satu karya musik untuk dimiliki, makna dan rasanya dalam kondisi yang tidak harus sama. Tetapi perasaan itu tetap ada dan terus menjadi pengingat akan masa yang sulit, sekaligus sebagai semangat baru untuk menemukan mesra yang tadinya kecil, menjadi mesra yang cukup.
Sebagai pendengar, melihat video musiknya saja saya merasa begitu relate. Sebagai anak sulung--sama seperti sang tokoh utama dalam video musik ini--saya merasa harus menjadi begitu kuat untuk ibu dan adik-adik. Sebab mereka bergantung pada saya, maka saya harus bisa kokoh menopang mereka.
Namun terkadang, anak sulung ini sendiri lupa bahwa manusia juga punya batasan dan emosi yang manusiawi untuk dikeluarkan. Anak sulung sering lupa bahwa mereka sesekali juga butuh tempat bersandar dan mengeluh, jika semua hal dirasa sudah begitu berat untuk ditanggung sendirian.