Sepanjang episode, penonton dapat melihat keseharian Kotaro bersama penghuni lain. Dari semua penghuni, cara bicara dan tindakan Kotaro cukup dewasa. Ia mampu memahami kondisi penghuni lain, lebih cepat tanggap, serta melontarkan kata-kata bijak.
Penonton akan terpana dengan sosok Kotaro, yang dewasa dan cerdas dari usianya. Namun, kisah Kotaro Lives Alone menggambarkan kondisi psikologis anak tanpa sosok orang tua atau berada dalam kondisi keluarga bermasalah.
Dalam beberapa adegan, penonton dapat menemukan kondisi mental Kotaro yang tidak sehat. Ia merupakan sosok anak kecil, yang dewasa sebelum waktunya karena konflik orang tua.
Hidup dalam kurangnya kasih orang tua membuat Kotaro sering menahan perasaan. Saat terjatuh, ia berusaha tidak menangis dan mengobati luka dengan menempelkan banyak plester.
Kemandirian dan kedewasaan berpikir Kotaro berasal dari kartun kesukaannya berjudul Tonosaman. Dari kartun, ia belajar untuk menjadi kuat agar dapat dicintai oleh orang dewasa dan tidak dianggap lemah.
Saking tidak ingin menyusahkan orang dewasa, Kotaro datang sendiri di hari pertama sekolah dan membuat bekal makanan di supermarket. Ia juga selalu membawa pedang mainan di samping celana untuk melindungi diri, yang ia anggap sebagai musuh.
Tidak ada interaksi hangat antara orang tua Kotaro dengan dirinya, baik di adegan flash back atau akhir episode. Orang tua Kotaro hanya memberikan perhatian lewat uang. Ibu Kotaro sudah menyiapkan asuransi untuk biaya hidup sang anak.
Setiap minggu, uang tersebut dikirim melalui pengacara dan dirahasiakan darinya. Kotaro hanya mengetahui bahwa uang pemberian berasal dari donasi orang baik.
Kisah Kotaro Lives Alone memberikan pesan dan kesan yang mendalam, banyak kata-kata bijak dari Kotaro yang bikin kamu terenyuh sebagai orang dewasa, dan konfliknya tidak terlalu berat untuk dinikmati saat akhir pekan, Bela.