unsplash.com/chinkinthearmour
Berkat mata air zamzam yang terus memancarkan air, daerah di sekelilingnya yang semula tandus mulai subur. Banyak pedagang yang mampir bahkan menetap di Mekkah, membuat daerah yang awalnya sepi sunyi menjadi ramai dan makmur.
Waktu berjalan, tumbuhlah Nabi Ismail AS menjadi seorang anak yang cerdas dan berbakti. Kehidupannya bersama ibunya berjalan dengan baik, kini mereka mempunyai beberapa ternak dan hidup berkecukupan.
Suatu hari, datang Nabi Ibrahim AS untuk menengok keduanya. Ia begitu terkejut melihat daerah yang dulunya sepi kini telah ramai ditinggali. Pertemuannya dengan Siti Hajar dan Nabi Ismail AS pun disambut dengan suka cita.
Karena lelah menempuh perjalanan yang begitu jauh untuk sampai ke Mekkah, Nabi Ibrahim AS tertidur di Masy’aril Haram yang kini dikenal dengan sebutan Muzdalifah. Dalam tidurnya ia bermimpi dan mendapat perintah untuk menyembelih Ismail sebagai kurban kepada Allah SWT.
Mimpinya ini membuat hati Nabi Ibrahim AS gelisah. Bukan hanya sekali, ia bermimpi sampai tiga kali. Maka diterangkanlah mimpi tersebut kepada istri dan putranya. Reaksi yang diberikan Nabi Ismail AS pun di luar dugaan. Mendengar apa yang dikatakan ayahnya, ia dengan tabah dan sabar pun menaati perintah-Nya.
Pada hari yang telah ditentukan, berangkatlah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS untuk menunaikan perintah Allah SWT. Dalam perjalanan, tak henti-hentinya Nabi Ibrahim AS digoda oleh iblis. Maka, dilemparkanlah batu kepada iblis-iblis tersebut agar mereka pergi.
Setelah sampai di atas Bukit Malaikat di daerah Mina, Ismail dibaringkan di atas batu datar. Merasa tak tega, ia menutup wajah putranya dengan kain. Saat mata pisau yang dibawanya hampir menebas putranya, Allah SWT segera menggantikannya dengan kambing yang sehat dan besar.
Ternyata, ini adalah ujian untuk Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Keduanya sedang diuji untuk melihat sejauh mana rasa taat dan cinta mereka kepada Allah SWT. Hal ini juga tertuang dalam Surat As-Saffat ayat 103-107 yang artinya:
Artinya: Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah Allah). Lalu Kami panggil dia, "Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu." Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Setelah menyembelih kurban yang dikirimkan Allah SWT, kembalilah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS ke Mekkah. Potongan daging yang mereka bawa dibagikan kepada fakir miskin sebagai kurban. Sejak saat itu, mulailah sunnah untuk berkurban bagi umat Islam yang dirayakan setiap Hari Raya Iduladha.