Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Review ‘Srimulat: Hil yang Mustahal’: Saat Gen Z Nikmati Humor Lawas

Siapkan diri untuk terpingkal-pingkal saat menontonnya

Zikra Mulia Irawati

Lucu dan menggelitik. Dua kata itu yang menggambarkan biopik Srimulat: Hil yang Mustahal Babak Pertama, yang baru saja saya saksikan. Kisah dalam film ini memang berangkat dari perjalanan grup lawak legendaris Indonesia, Srimulat.

Mengambil latar waktu 1981, film biografi ini akan mengajak untuk melihat awal mula mereka menjadi grup lawak pertama yang tampil di televisi. Kepolosan para pemainnya, mulai dari Gepeng, Basuki, Timbul, Nunung, Tarsan, Tessy, Asmuni, Djujuk, Paul, dan Ana, akan mengocok perut penonton sepanjang film diputar.

Kepolosan khas wong ndeso

instagram.com/filmsrimulat

Setelah sang pendiri, Teguh (Rukman Rosadi), mendapatkan telegram untuk tampil di depan Presiden Suharto, beberapa anggota segera bertolak ke Jakarta. Untuk sementara, mereka tinggal di kontrakan Babeh Makmur (Rano Karno).

Di tempat inilah satu demi satu kekocakan terjadi. Mereka yang berasal dari desa tak jarang melakukan hal-hal konyol karena masih belum cukup terbiasa dengan kehidupan di Ibu Kota. Saat saya menonton, seisi studio tak dapat menahan jerit gemas karena tindak-tanduk mereka.

Perbedaan bahasa pun menambah kelucuan ini. Adegan Gepeng (Bio One) dan Basuki (Elang El Gibran) bertemu Babeh Makmur untuk pertama kalinya, memang tampak lucu di trailer resminya. Namun yang tidak saya sangka adalah, adegan utuhnya berkali-kali lipat lebih lucu! Saya bahkan tidak bisa mengusirnya dari memori dan selalu tertawa tiap mengingatnya.

Kebersamaan di kontrakan Babeh Makmur

instagram.com/filmsrimulat

Rumah kontrakan sederhana milik Babeh Makmur jadi saksi bisu bagaimana Srimulat mempererat kekeluargaan mereka. Di tengah keterbatasan dana, mereka sama-sama bertahan. Makan pun hanya seadanya.

Di babak satu ini, cerita memang masih fokus ke kehidupan di balik panggung mereka. Penonton akan tahu dari mana asal-usul ciri khas anggota Srimulat yang melekat hingga hari ini, khususnya asal-usul nama Tessy dan mengapa ia berpenampilan seperti waria.

Kebersamaan ini juga turut diwarnai dengan mereka yang sama-sama takut hantu. Maklum saja, di tahun-tahun itu, Jakarta masih cukup lengang dan terdapat kebun di sekitaran rumah. Gelapnya malam pun menambah suasana mistis. Penonton harus siap-siap dikejutkan dengan beberapa jump scare.

And the scene stealer is…

instagram.com/fajarnugrs

Basuki! Pemeran utama di Srimulat: Hil yang Mustahal Babak Pertama ini total 13 orang, terdiri dari 11 Srimulat, Babeh Makmur, serta putrinya Royani (Indah Permatasari). Namun, saya tanpa ragu menetapkan Basuki lah yang menjadi scene stealer film ini.

Elang El Gibran dalam kacamata pribadi saya terhitung sukses menghidupkan kembali sosok Basuki, mulai dari suara, ekspresi datar, hingga gelagatnya. Tiap kali ia muncul, perkataannya selalu membuat suasana petjah abis. Benar-benar ciri khas Basuki yang suka berbicara dengan bahasa gado-gado, yaitu bahasa Jawa campur bahasa Indonesia. Pertemanannya dengan Gepeng, yang banyak disorot karena baru bergabung, pun cukup menyita perhatian.

Menariknya, Elang ternyata baru bergabung di last minute syuting. Namun, berkat arahan Rukman Rosadi yang juga berperan sebagai Pak Teguh sekaligus ayahnya, ia berhasil mengeksekusi karakter ini dengan apik. Hm, benar-benar buah jatuh tak jauh dari pohonnya, ya?

Kolaborasi insan kreatif profesional

instagram.com/fajarnugrs

Sebagai penulis dan sutradara, Fajar Nugros mengaku kesulitan karena momen dan profil anggota Srimulat tak terdokumentasi dengan baik. Akhirnya, ia melakukan penelitian yang cukup panjang agar karya ini tak merusak autentik Srimulat.

Hal serupa juga dilakukan para pemain. Mereka berupaya maksimal untuk mendalami karakter yang mereka perankan, baik secara sifat hingga tampilan fisik. Tengok saja Bio One yang rela melakukan diet ekstrem agar mendapatkan postur “gepeng” seperti Gepeng. Sebaliknya, Morgan yang memerankan Paul harus menaikkan berat badannya hingga penampilannya cukup berbeda dari biasanya.

Dari sisi teknis, Wendy Aga sebagai Director of Photography pun mencoba serealistis mungkin. Ia tidak menggunakan teknik pergerakan kamera yang canggih agar penonton merasakan suasana 80-an. Hal yang paling tricky adalah bagaimana ia bisa menangkap ketiga belas pemeran, terutama saat adegan di dalam ruangan.

Srimulat ini, ensemble-nya ada di pemainnya. Karena satu frame ini ada 13 orang, ini, nih, yang harus gue bisa capture,” ungkapnya.

Berlanjut ke babak kedua

instagram.com/fajarnugrs

Babak pertama film ini akan tayang serentak di bioskop-bioskop Tanah Air pada 19 Mei mendatang. Namun, satu film saja tak cukup untuk menceritakan perjalanan panjang grup lawak legendaris ini.

"Untuk menceritakan Srimulat satu film enggak cukup, jadi kita sepakat untuk membuat dua film untuk menghibur lebih maksimal lagi," kata Susanti Dewi, Head of IDN Pictures.

Prediksi saya, di babak kedua nanti akan lebih menonjolkan aksi panggung mereka setelah mantap dengan ciri khas barunya masing-masing. Kita juga akan melihat bagaimana penampilan Gepeng untuk pertama kalinya di panggung sebagai seorang Srimulat.

Karena baru menonton babak pertama, saya menganggap kehidupan di balik layar mereka lebih lucu dibandingkan saat di panggung. Meskipun mayoritas dialog dalam bahasa Jawa dan zamannya sudah berbeda, humor mereka masih relevan dan mampu mengundang gelak tawa.

Duh, aku nggak ngerti bahasa Jawa. Gimana, dong? Tenang, sudah tersedia takarir (subtitle) bahasa Indonesia, kok! Kalau kamu sedang penat karena permasalahan hidup, jangan lupa ramaikan bioskop untuk menonton Srimulat: Hil yang Mustahal Babak Pertama dan wujudkan #SaatnyaIndonesiaTertawa. 

IDN Media Channels

Latest from Inspiration