Setiap orang pasti mempunyai pemahaman masing-masing mengenai kehidupan. Sebagian besar pemahaman tersebut muncul dalam berbagai aliran filosofi kehidupan.
Dari berbagai filosofi yang ada, nihilisme menjadi salah satu filosofi yang banyak berkembang. Pandangan ini percaya bahwa kehidupan manusia itu tidak artinya dan kosong.
Untuk mengetahui lebih jelas, berikut ulasan selengkapnya.
Melansir Internet Encyclopedia of Philosophy, nihilisme merupakan sebuah keyakinan yang menganggap semua nilai tidak ada artinya dan tidak dapat diketahui. Secara etimologi, nihilisme berasal dari bahasa Latin, yaitu nihil yang berarti tidak ada apa-apa atau kosong.
Jadi, paham ini dapat diartikan sebagai sebuah konsep yang mempercayai adanya kekosongan dalam hidup karena tidak ada nilai atau makna kehidupan yang berarti.
Istilah nihilisme mulai berkembang pada abad ke-19 dan berkembang luas pada abad ke-20 di Eropa. Terutama, ketika perang dunia sudah berakhir, yakni di mana ada banyak manusia yang mengalami keterpurukan dalam hidup akibat kemiskinan.
Saat itu, ada lebih dari ribuan manusia yang merasa bingung dan mulai meragukan makna dari hidup. Dikarenakan keraguan tersebut, mereka terjebak dalam pikiran-pikiran negatif dan mulai melihat makna dan nilai kehidupan tidak ada artinya lagi.
Berbicara tentang filosofi tersebut, Friedrich Nietzsche menjadi filsuf yang paling banyak dikaitkan dengan paham nihilisme. Baginya, pemahaman ini menghilangkan makna atau nilai tentang moral yang melekat pada manusia.
Sebelum penganut nihilisme meyakini pemahaman tersebut, mereka akan mengalami sebuah fase perenungan akan makna dan nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat.
Awalnya, mereka akan merasa ragu dan mempertanyakan arti dari hidup. Kemudian, mereka akan sampai pada titik bahwa semua doktrin mengenai arti serta nilai-nilai kehidupan menjadi tidak berarti. Pada akhirnya, mereka akan mencoba untuk merumuskan kembali arti dari hidup.
Hal tersebut juga selaras dengan pendapat Nietzsche. Dia berpendapat bahwa pikiran dan tindakan manusia bukanlah menemukan makna atau nilai, tetapi menciptakan sebuah nilai dan makna yang baru berdasarkan keinginan. Oleh karena itu, keyakinan ini lebih mementingkan kebebasan manusia menanggapi hidup.
Oleh karena itu, kekosongan hidup yang dipercayai oleh penggiat dan penganutnya adalah sebuah proses perenungan dan perjalanan menuju ketiadaan. Hal tersebut yang menghantarkan mereka pada titik bahwa nilai-nilai kehidupan menjadi tidak berarti karena semua akan tiada pada akhirnya.
Banyak orang yang masih sering menyamakan nihilisme dengan pesimisme karena konsepnya yang seperti tidak ada motivasi untuk hidup. Namun, pada kenyataannya kedua hal tersebut merupakan dua hal yang berbeda.
Pesimisme cenderung memandang sisi negatif dan hasil terburuk dalam hidup. Mereka akan mengesampingkan hasil yang baik pada setiap aktivitasnya. Mereka lebih percaya bahwa manusia tidak akan mampu melakukan semua hal dengan baik secara keseluruhan dan pada akhirnya yang ada hanya keburukan.
Berbeda halnya dengan nihilsme. Meskipun mereka menganggap hidup tidak ada artinya, mereka percaya tidak ada yang pasti di dunia karena tidak ada yang namanya kebaikan atau keburukan. Manusia adalah makhluk egois yang akan mengalami kematian, konsep itulah yang mereka percayai.