Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Deretan Fakta Menarik dari Film 'Kingdom of the Planet of the Apes'

Banyak fakta menarik yang mengejutkan

Romi Subhan

Di bulan Mei ini, franchise legendaris yang telah dinanti penggemar kembali dengan kisah terbarunya lewat Kingdom of the Planet of the Apes. Melanjutkan kesuksesan dari film-film sebelumnya, Kingdom of the Planet of the Apes disebut sebagai pembuka era baru dalam kisah ikonik ini. Disutradarai oleh Wes Ball, Kingdom of the Planet of the Apes dibintangi oleh Owen Teague, Freya Allan, Kevin Durand, Peter Macon, dan William H. Macy. Kingdom of the Planet of the Apes dapat disaksikan di bioskop-bioskop favorit penggemar.

Berlatar beberapa dekade setelah masa kepemimpinan Caesar, di mana manusia hidup dalam bayang-bayang dan spesies kera harus berhadapan dengan pemimpin tirani yang berupaya untuk membangun kerajaan barunya, sesosok kera muda bernama Noa yang berasal dari klan Eagle harus mengarungi sebuah petualangan berbahaya yang akan membuatnya mempertanyakan kembali masa lalu yang ia ketahui, serta membuat keputusan penting yang akan mempengaruhi kehidupan manusia dan kera ke depannya.

Selain menampilkan cerita perjalanan yang penuh aksi dan berbeda dari trilogi sebelumnya, Kingdom of the Planet of the Apes juga menyimpan banyak kisah unik yang patut diketahui para penggemar, apa saja ya, simak fakta menarik dari film ini.

Animator Indonesia terlibat dalam proses produksi film

Dok. IMDB

Teknologi yang digunakan untuk menghidupkan karakter kera dan juga suasana film tersebut dicapai melalui teknologi Performance Capture, berkat para ahli di Wētā FX. Perusahaan efek visual di Selandia Baru milik pembuat film Peter Jackson telah bekerja pada tiga film sebelumnya dan memainkan peran besar dalam Kingdom of the Planet of the Apes. Pekerjaan Wētā FX juga termasuk mengubah aktor manusia menjadi kera secara digital dan membantu menciptakan dunia yang berlatar beberapa ratus tahun dari film sebelumnya yang penggemar sudah saksikan.

Di dalam tim animator luar biasa ini, salah satunya adalah animator Indonesia yaitu Sashya Subono Halse. Sashya yang sebelumnya merupakan pengajar di bidang animasi di Indonesia, melanjutkan pendidikannya di Selandia Baru hingga menjadi bagian dari Wētā FX selama lebih dari 4 tahun. Animator yang berfokus pada Facial Motion Animation ini telah berkontribusi dalam beberapa film ikonik seperti, Guardians of the Galaxy Vol. 3 (2023) dan Avatar: The Way of Water (2022).

Adaptasi teknologi dari Avatar: The Way of Water

Dok. IMDB

Proses produksi Kingdom of the Planet of the Apes sangat sulit dari segi teknis dan merupakan pembelajaran besar bagi sutradara Wes Ball.

"Keterampilan membuat film ini melebihi segala yang pernah saya jalani," kata Wes Ball, mengutip dari rilis yang diterima POPBELA.

Salah satu tantangan terbesar adalah penambahan elemen air dalam cerita tersebut. Ada sejumlah adegan yang memerlukan para kera untuk terlihat basah dan juga berada di dalam air. Erik Winquist, selaku Visual Effect Supervisor, menangani bagaimana air mengubah penampilan bulu mereka. Untungnya, Winquist dapat menggabungkan teknologi yang sudah pernah digunakan dalam Avatar: The Way of Water.

“Dari segi teknologi performance capture, 'Rise of the Planet of the Apes' hadir setelah kami bekerja untuk 'Avatar'," kata Erik Winquist.

"Pada film tersebut," lanjut Erik, "kami membawa teknologi itu ke lokasi di bawah sinar matahari, yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Selama berlangsungnya tiga film itu, teknologi ini semakin maju, menjadi lebih tangguh, dan kami kemudian dapat membawanya ke hujan atau salju seiring perkembangan film-film tersebut.”

Proses para aktor belajar menjadi 'Kera' selama 6 minggu

Dok. IMDB

Sebelum proses syuting dimulai, para aktor mempelajari karakteristik dan pergerakan kera selama enam minggu, yang dipimpin oleh pelatih gerakan Alain Gauthier. Gauthier yang sebelumnya seorang atlet, gymnast, dan trampolinist, bersaing secara internasional sebelum menjadi salah satu anggota pendiri Cirque du Soleil yang terkenal di dunia. Dia tampil dengan perusahaan tersebut hingga pertengahan 1990-an ketika dia beralih ke teater tari eksperimental.

Ketika para pemeran tiba untuk pelatihan, tugas pertama Gauthier adalah membuat mereka sangat sadar akan tubuh mereka. Dia menyusun serangkaian latihan untuk memperkuat dan mengembangkan jalur saraf baru, memberi mereka alat untuk bergerak layaknya seekor kera. Gauthier memulai pelatihan dengan lambat, menantang mereka untuk bertindak secara fisik.

Andy Serkis, yang telah menciptakan karakter Caesar di tiga film sebelumnya, diundang sebagai konsultan khusus untuk menyempurnakan suara dan karakterisasi. Berbagai sesi disiapkan di panggung performance capture di mana Serkis dan para pemeran dapat melihat karakter digital mereka di layar dan melakukan penyesuaian kecil, tapi penting. Dalam proses ini, Andy Serkis memberikan situasi untuk para aktor mainkan dan memberi umpan balik yang membuat perbedaan besar untuk karakter-karakter ini.

Pembangunan set asli untuk pendalaman karakter

Dok. IMDB

Sutradara Wes Ball ingin sebagian besar aksi berlangsung di set praktis di dunia fisik tetapi tetap dengan bantuan latar yang akan dibuat secara digital dalam beberapa adegan. 

"Dalam film ini, kami membawa orang-orang ke dunia yang tidak ada," jelasnya. "Tentu saja, ada banyak efek visual, tetapi semuanya dimulai dengan berdiri di tempat nyata dan memberi para aktor sesuatu untuk bereaksi."

Dalam cerita, peradaban dan suku-suku kera telah berevolusi dengan cara mereka sendiri, dan mereka sekarang hidup berdampingan dengan tanah dan satwa liar.

"Sarang Elang adalah tempat kita pertama kali bertemu dengan tiga karakter utama kita, yang sedang melakukan misi tertentu yang pada dasarnya adalah suatu upacara yang melambangkan kedewasaan bagi mereka," jelas Ball. 

Itulah tadi fakta menarik dari film terbaru dari franchise Planet of the Apes. Banyak hal menarik yang ternyata terjadi di belakang layar pembuatan film ketiga franchise ini.

IDN Media Channels

Latest from Inspiration