Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

Review ‘SAS: Red Notice’: Reputasi Tentara Bayaran Hancur Sekejap

Ketika media sosial menjadi kekuatan yang tak tertandingi

Niken Ari Prayitno

Jangan pernah meremehkan kekuatan media sosial. Sebab, sekali viral, nama baik seseorang bisa hancur dalam sekejap. Perumpamaan inilah yang menjadi benang merah dari film SAS: Red Notice atau yang dikenal juga dengan SAS: Rise of the Black Swan

Bagaimana tidak, hanya dengan satu video amatir yang diunggah ke media sosial, reputasi tentara bayaran yang telah terbangun selama bertahun-tahun, bisa hancur begitu saja dalam waktu sekejap. Bukan hanya nama baik, kepercayaan ‘klien’ yang rata-rata orang penting, juga sirna dalam waktu satu malam. 

Sinopsis: saat tentara bayaran profesional dikalahkan oleh video amatir

Dok. Ingenious Media

Untuk melancarkan proyek Britgaz, pemerintah Inggris secara diam-diam meminta bantuan tentara bayaran The Black Swan yang telah menjadi ladang bisnis kotor bagi William Lewis (Tom Wilkinson) dan anak-anaknya, Grace (Ruby Rose) serta Oliver (Owain Yeoman). The Black Swan memang dikenal licik dan tanpa ampun saat menjalankan tugas. Namun, mereka selalu menjalankan misi dengan rapi tanpa meninggalkan satu jejak pun.

Boleh dikatakan kali ini keberuntungan tidak berada di pihak mereka. Tanpa mereka sadari, seorang korban penggusuran merekam tindakan keji mereka dan mengunggahnya ke media sosial. Dan... boom! Dalam sekejap, video itu viral di seantero negeri. Foto dan nama mereka kemudian terpampang jelas di berbagai headline berita dan tentu, keselamatan The Black Swan menjadi taruhannya.

Tak tinggal diam, Grace kemudian membuat kesepakatan dengan oknum yang kala itu menyewa jasanya. Grace minta uang tutup mulut sebesar US$500 juta dan perlindungan dari segala upaya tuntutan hukum. Jika keinginannya tak dipenuhi dalam waktu yang telah ditentukan, The Black Swan akan membocorkan ke publik jika pemerintah Inggris terlibat dalam penggusuran untuk proyek Britgaz itu. 

Lantas, jalan mana yang kemudian dipilih untuk menyelesaikan masalah ini?

Butuh dua tahun untuk tayang di Indonesia

Dok. Ingenious Media

Film besutan sutradara Magnus Martens ini sebenarnya telah tayang sejak Maret 2021 di Inggris. Sayangnya, baru setelah dua tahun, SAS: Red Notice masuk ke bioskop Indonesia. Tepatnya, pada Februari 2023 ini. Entah apa alasannya, namun menurut beberapa sumber, budget yang minim membuat film satu ini terkendala didistribusikan.

Akting memukau Ruby Rose

Dok. Ingenious Media

Satu hal yang membuat film ini tak boleh dilewatkan begitu saja adalah akting dari sang pemeran antagonis, Ruby Rose. Meski jika dilihat filmografinya Ruby Rose hampir selalu memerankan tokoh berdarah dingin, tetap saja aktingnya sebagai Grace dalam film ini cukup menyita perhatian.

Secara effortless, Ruby Rose memang memiliki ekspresi yang dingin, tajam, dan bengis. Tanpa perlu banyak dialog, sosok Grace yang diperankannya cukup intimidatif dan kejam. Sayangnya, Grace dipaksa untuk lebih bengis lagi yang malah membuatnya terlihat berlebihan. Padahal jika Grace bertindak lebih natural dengan wajahnya yang dingin, menurut saya, sosoknya akan jauh terlihat lebih ‘mematikan’.

Film yang tak dapat pujian, tapi nggak dapat banyak kritik juga

SAS: Red Notice menghadirkan visual efek yang cukup baik dengan begitu banyak ledakan dan tembakan di sepanjang filmnya. Sayangnya, hal ini nggak membuat penonton dan kritikus puas. Mereka bahkan memberikan nilai rata-rata, yakni 52% dari Rotten Tomatoes dan 5.1/10 dari IMDB. Itu berarti, film ini nggak dapat banyak pujian, tapi nggak banyak kritik juga.

Terlepas dari review yang diberikan oleh para kritikus film, secara personal, SAS: Red Notice cukup menghibur. Jalan ceritanya yang rapi dari awal hingga akhir, konklusi yang jelas, serta para tokoh yang mendapat porsi pas membuat film produksi Ingenious Media ini perlu ditonton oleh para penyuka film action

Siap menyaksikannya dan memacu adrenalin?

IDN Media Channels

Latest from Inspiration