Tutup
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
unfortunately

"Diam itu Emas", Ini 7 Keadaan yang Mengharuskan Kamu Tutup Mulut

Terkadang, lebih baik cepat mendengar dan lambat berkata

Mariana Politton

Pemahaman akan pentingnya mengeluarkan pendapat dan mengekspresikan perasaan, biasanya dianggap sebagai sikap berani. Namun, perlu diketahui bahwa berbicara harus diiringi dengan hikmat dan kebijaksanaan, agar kamu dapat mempertanggungjawabkan segala yang keluar melalui mulut. Jika tidak, maka mulutmu dapat menjadi harimaumu atau yang artinya, mencelakakan.

Berikut adalah bocoran mengenai tujuh keadaan yang mengharuskan kamu diam. Kalau tidak, sekali lagi, mulutmu dapat menjadi harimaumu. Let's be wise in speaking up, ya!

1. Ketika kamu berada di fase first impression

inenglishwithlove.com

Pikirmu, "First impression hanya sebatas bagian dari perkenalan diri di lingkungan baru." Namun, siapa sangka, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa first impression bersifat penting karena mampu membuahkan ragam judgment hanya dalam waktu tujuh detik.

Bahkan melansir dari startblox.com, first impression condong bertahan lama ketimbang momen selanjutnya. Dalam hal ini, kamu tentu harus mencerna kata-kata yang akan kamu keluarkan agar apa yang keluar dari mulutmu memberi first impression yang tepat.

2. Ketika kamu tidak cukup dengan data faktual

popsci.com

Sadar-tidak sadar, kamu sebenarnya memiliki pendapat yang ingin kamu ungkapkan dan hal itu sangat baik untuk dilakukan, Bela! Akan tetapi, pendapat terkadang tidak dapat sekadar keluar dari mulutmu begitu saja jika tidak ada dukungan data faktual.

Sebagai contoh, kamu ingin mengemukakan pendapat mengenai dunia politik yang cukup sensitif. Tentu, kamu membutuhkan data faktual yang mendukung pendapatmu agar tidak menyebabkan kesalahpahaman, disinformasi dan hal-hal yang tidak baik lainnya.

3. Ketika kamu merasa sangat kritis terhadap sesuatu

Dok. internet

Tahukah kamu? Kemampuan memilah mana yang benar dan salah umumnya berawal dari pemikiran yang kiritis. Pasalnya, pemikiran tersebut mendorong kegiatan analisis terhadap caramu berpikir sambil menyajikan bukti untuk ide-ide, tidak sekadar alasan pribadi.

Akan tetapi, pemikiran kritis terkadang mendorong perdebatan yang tidak berujung antara dua belah pihak, termasuk dengan dirimu sendiri. Dalam hal ini, ada waktu untuk melanjutkan perdebatan, ada juga waktu untuk keluar dari sengketa perdebatan. Paham?

4. Ketika kamu merasakan gelora amarah

pexels.com/VeraArsic

Mulut dapat membantah atau menutupi segala sesuatu, namun tidak dengan perasaanmu. Seperti ketika kamu terjatuh dan menyebabkan luka, tubuhmu sudah lebih dulu merasakan sakit meskipun mulutmu akan berkata, "Tidak sakit, kok!" Pernah mengalaminya, kan?

Begitu juga dengan gelora amarah, api di dalam dirimu sudah lebih dulu membawa meski kamu menyangkalnya. Untuk itu, pastikan kamu jangan bermain dengan api. Tutup mulutmu dalam amarah, agar api tersebut tidak keluar dan mencelakakanmu dan orang lain.

5. Ketika kamu terdorong untuk berteriak

freepik.com/nomadsoul1

Pergulatan emosi yang terus berputar di dalam pusat perasaan terkadang mendorongmu untuk berteriak, bukan? Alasannya tidak lain dan bukan untuk sekadar melepaskan semua jenis emosi tersebut, namun hal ini dapat membuahkan masalah besar.

Ketika kamu marah dan terdorong berteriak, maka kata-kata yang keluar dapat terdengar sangat arogan. Begitu juga dengan perasaan lainnya, maka kata-kata tersebut akan jelas menjelma menjadi luka yang menyinggung orang lain. Jadi, tenangkan dirimu dulu, ya!

6. Ketika kamu memiliki pendapat yang offensive

workingmums.co.uk

Sebuah konsep Yin dan Yang dalam filosofi Tionghoa secara garis besar menjelaskan bahwa semua orang memiliki dua sisi yang berlawanan namun tetap berhubungan; satu sisi condong lembut dan pastif, namun sisi satunya lebih keras dan agresif.

Itu artinya, kamu yang terkenal ramah dan lemah lembut sekalipun bisa jadi memiliki sisi yang berlawanan di dalam dirimu. Misalnya ketika kamu memiliki pemikiran yang negatif dengan rangkaian kata-kata tertentu di dalam otak. Please, keep it to not offend people!

7. Ketika persahabatan menjadi korban

Pexels.com/Anna Tarazevich

Komunikasi selalu menjadi jembatan untuk dua belah pihak saling memahami satu sama lain. Hal ini tentu saja berlaku dalam segala jenis hubungan, termasuk persahabatan. Namun, sadarkah kamu? Komunikasi itu sendiri dapat memutus tali persahabatan.

Yup, kamu tentu pernah mendengar istilah ghibah atau isu-isu terkait membocorkan rahasia sahabat dan ngomongin sahabat di belakang. Pastikan, kamu tidak ikut melakukannya tetapi lebih menahan diri untuk diam. That's you being a better person.

Jadi, kamu sudah tahu ya, tujuh keadaan apa saja yang sebaiknya membuatmu memutuskan untuk tetap diam. Kalau tidak, mulutmu dapat menjadi harimaumu, Bela.

IDN Media Channels

Latest from Inspiration