Tiap pemeran rupanya memiliki pendapat yang beragam terkait karakter yang mereka perankan. Dengan proses produksi yang memakan waktu berbulan-bulan, mereka rupanya melakukan persiapan yang cukup matang agar bisa memberikan penampilan terbaik di depan kamera.
"Menjadi seorang ayah yang kehilangan anak karena dibunuh, sekaligus polisi workaholic yang terobsesi dengan kasus-kasus rumit, adalah tantangan emosional yang berat, belum lagi tantangan fighting choreography yang menuntut fisik. Dalam banyak hal, saya dan Jaka punya kesamaan: obsesi, kegigihan dalam bekerja, dan kesulitan menerima aturan dari atasan, jadi stresnya sudah terasa sejak awal. Tetapi di balik semua itu, pengalaman dalam proyek Bad Guys ini tetap menyenangkan," terang Oka.
Sementara itu, Maudy Effrosina menghadapi tantangan yang berbeda karena menjadi satu-satunya pemeran utama perempuan di dalam serial adaptasi Bad Guys ini. Oleh karena itu, ia mendalami karakternya dengan cara mengamati para perempuan yang bekerja di lingkungan serupa.
“Menjadi polisi wanita, saya harus menampilkan adegan aksi dan bersikap tegas, terutama terhadap atasan dan para kriminal, agar terlihat meyakinkan. Untuk mendalami karakter ini, saya banyak mengamati sosok-sosok dominan di lingkungan yang mayoritas laki-laki, baik di dunia nyata maupun dalam film, untuk memahami cara mereka menghadapi situasi. Untungnya, proses dari persiapan hingga syuting berjalan lancar dan sangat menyenangkan, apalagi dengan lawan main yang suportif. Kami selalu berdiskusi sebelum adegan dimulai, sehingga saat take tidak ada kebingungan,” jelasnya.