instagram.com/hanamadness
Menderita gangguan mental dan sering mengalami perasaan excited hingga depresi berlebihan membuat Hana kerapkali dianggap anak nakal. Jarang pulang ke rumah dan berbagai tindakan 'negatif' lain membuat Hana dan keluarga memiliki konflik panjang.
Kondisi tersebut membuat baik Hana dan keluarganya tidak nyaman terhadap satu sama lain. Meski sebenarnya membutuhkan perawatan psikologis, keluarga Hana justru mencoba berbagai cara lain, termasuk membawanya untuk melakukan ruqiyah. Namun di titik itu, Hana telah menyadari bahwa tak ada jawaban atas semua hal tersebut.
Hana mengaku dirinya pertama kali mendapat perawatan psikologis profesional akibat dibantu temannya. Dari treatment pertama, belum ada diagnosa jelas hingga akhirnya perawatan berjalan on and off.
Untungnya, Hana tidak pernah mengelak atas gangguan mental yang dialaminya. "Aku ingin bisa merasa stabil, ketika bahagia aku tahu sebabnya, ketika depresi atau menangis aku tahu sebabnya, cuma itu saja," jelas Hana.
Apapun diagnosa atau sebutan dari gejala yang dialaminya, Hana tidak ambil pusing dan hanya butuh jawaban atas apa yang harus dilakukannya. Perlahan-lahan, perawatan psikis profesional membantu Hana temukan jawaban tersebut.