Rambut rontok parah bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari gaya hidup, kondisi medis, hingga faktor genetik. Mengetahui penyebabnya akan membantumu menemukan cara pencegahan atau penanganan yang paling tepat. Berikut penjelasan lengkapnya:
1. Efek obat
Beberapa obat memiliki efek samping yang memengaruhi pertumbuhan rambut, seperti obat tekanan darah tinggi, antidepresan, atau obat jerawat yang mengandung isotretinoin. Obat pengencer darah seperti warfarin juga dapat menghambat suplai nutrisi ke folikel rambut, membuatnya lemah dan akhirnya rontok.
2. Stres
Stres fisik maupun emosional dapat memicu telogen effluvium, yaitu kondisi ketika banyak folikel rambut masuk ke fase rontok lebih cepat dari biasanya. Gejala ini biasanya muncul 2–3 bulan setelah tubuh mengalami tekanan berat, seperti kehilangan orang terdekat, operasi besar, atau pekerjaan yang sangat menuntut, sebagaimana dijelaskan oleh Delila Foulad, MD, seorang dermatolog bersertifikat dan oleh Dr. DeLuca, dermatologist di GW MFA.
3. Sedang menjalani kemoterapi
Kemoterapi bekerja dengan membunuh sel yang membelah cepat, termasuk sel akar rambut yang bertugas menumbuhkan helaian baru. Akibatnya, rambut sering rontok dalam jumlah banyak hingga menyebabkan kebotakan sementara selama masa pengobatan.
4. Demam tinggi
Demam tinggi akibat infeksi virus atau bakteri dapat mengganggu siklus pertumbuhan rambut dan memicu kerontokan sementara. Setelah tubuh pulih, biasanya rambut akan mulai tumbuh kembali, meski butuh waktu beberapa bulan untuk kembali normal.
5. Anemia parah
Kekurangan zat besi mengurangi pasokan oksigen yang dibawa darah menuju folikel rambut, sehingga membuatnya rapuh dan mudah patah. Kondisi anemia parah ini sering disertai gejala lain seperti lemas, kulit pucat, dan kuku rapuh yang bisa menjadi tanda tubuh kekurangan nutrisi penting.
6. Kekurangan gizi
Kurangnya asupan nutrisi penting seperti protein, vitamin D, zinc, dan biotin dapat menghambat pertumbuhan rambut. Dalam jangka panjang, kekurangan gizi akan melemahkan folikel rambut sehingga helai menjadi rapuh dan mudah rontok.
7. Penurunan berat badan terlampau drastis
Diet ekstrem atau penurunan berat badan yang terlalu cepat bisa mengganggu keseimbangan hormon dan mengurangi asupan nutrisi esensial. Kondisi ini membuat tubuh memprioritaskan energi untuk organ vital, sementara pertumbuhan rambut terhenti.
8. Tidak cocok dengan shampo yang digunakan
Beberapa shampo mengandung sulfat, paraben, atau bahan kimia keras lain yang dapat merusak folikel rambut. Penggunaan jangka panjang dapat memicu iritasi kulit kepala dan memperparah kerontokan.
9. Perubahan hormon
Fluktuasi hormon, seperti saat pubertas, menstruasi, kehamilan, atau menopause, bisa memengaruhi siklus pertumbuhan rambut. Perubahan ini dapat menyebabkan rambut rontok lebih banyak dari biasanya, meski umumnya bersifat sementara.
10. Gangguan kelenjar tiroid
Baik hipertiroidisme maupun hipotiroidisme dapat mengganggu metabolisme tubuh, termasuk proses regenerasi rambut. Ketidakseimbangan hormon tiroid membuat rambut menjadi tipis, kering, dan mudah patah.
11. Tidak cocok dengan produk rambut tertentu
Penggunaan produk styling seperti hair spray, gel, atau pewarna rambut yang mengandung bahan kimia keras dapat merusak struktur batang dan akar rambut. Jika digunakan secara rutin, bahan ini bisa menyebabkan kulit kepala iritasi, folikel melemah, dan rambut rontok lebih cepat dari biasanya.
12. Alopecia
Alopecia areata adalah penyakit autoimun yang membuat sistem imun salah mengenali folikel rambut sebagai ancaman, lalu menyerangnya. Kondisi ini menyebabkan rambut rontok dalam bentuk bercak-bercak di kulit kepala, dan dalam beberapa kasus bisa memengaruhi rambut di seluruh tubuh.
13. Kondisi medis lainnya
Beberapa penyakit seperti lupus, diabetes, atau infeksi kulit kepala dapat mengganggu kesehatan folikel rambut. Kondisi ini membuat pertumbuhan rambut terhambat dan meningkatkan risiko kerontokan parah, bahkan bisa permanen jika penyebabnya tidak segera diobati.
14. Hamil
Selama kehamilan, perubahan hormon biasanya membuat rambut lebih tebal dan kuat. Namun setelah melahirkan, banyak perempuan mengalami postpartum hair loss akibat penurunan drastis hormon estrogen, sehingga rambut rontok lebih banyak dari biasanya.
15. Faktor keturunan
Salah satu jenis kebotokan, yakni Androgenetic alopecia atau kebotakan pola adalah penyebab rambut rontok yang diwariskan secara genetik, dan bisa dialami baik oleh perempuan maupun laki-laki. Kondisi ini biasanya ditandai dengan garis rambut yang mundur atau penipisan rambut di bagian mahkota kepala secara bertahap.