Sepuluh malam terakhir bulan Ramadan merupakan momen spesial bagi umat Muslim. Pasalnya, pada malam ini, pahala dilipatgandakan oleh Allah Ta'ala bagi hamba-Nya yang beribadah dengan ikhlas. Untuk itulah, sebagai umat Islam kita dianjurkan untuk menyibukkan diri dengan ibadah di malam-malam akhir Ramadan untuk menggapai lailatul qadar atau malam yang penuh keutamaan.
Lantas, apakah melakukan hubungan suami istri pada sepuluh malam terakhir Ramadan itu terlarang? Sebab, kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan melakukan iktikaf di masjid. Untuk menjawab pertanyaanmu, berikut Popbela akan mengulas tentang hukum berhubungan seks di malam lailatul qadar.
1. Allah menghalalkan hubungan intim di malam hari Ramadan
Di bulan Ramadan, umat Muslim diwajibkan untuk menahan lapar, haus, serta hawa nafsu dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Selain puasa makan dan minum, kita juga dilarang untuk melakukan hubungan suami istri di siang hari.
Kendati demikian, Allah telah menghalalkan umat-Nya untuk melakukan hubungan badan di malam hari di bulan Ramadan. Allah Ta’ala berfirman,
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ فَالْآَنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ
Artinya:
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu.” (QS. Al Baqarah: 187)
Berdasarkan ayat di atas, Allah telah menghalalkan hubungan badan di seluruh malam. Artinya, boleh melakukan hubungan seks sepanjang malam bulan Ramadan, termasuk di sepuluh hari terakhir.
2. Rasulullah memperbanyak ibadah di 10 malam terakhir Ramadan
Meski berhubungan seks pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan diperbolehkan, tapi ada baiknya umat Muslim tetap disibukkan dengan ibadah di malam hari untuk menggapai lailatul qadar.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi contoh dengan memperbanyak ibadahnya saat sepuluh hari terakhir Ramadan. Bahkan, Rasulullah sampai menjauhi istri-istrinya dari berhubungan intim dan mendorong keluarganya untuk melakukan ketaatan pada sepuluh malam terakhir Ramadan. ‘Aisyah mengatakan,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
Artinya:
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari, no. 2024; Muslim, no. 1174)
Mengutip dari Konsultasi Syariah, beberapa ulama menerangkan arti dari 'mengencangkan sarung' dalam hadis tersebut adalah Rasulullah meninggalkan hubungan badan, bahkan menghindari tempat tidur dengan memisahkan diri dari istrinya, dan fokus beribadah.
3. Hukum berhubungan seks di malam lailatul qadar
Berdasarkan hadis di atas, dipahami bahwa Rasulullah benar-benar fokus melakukan ibadah dan mendekatkan diri pada Allah Ta'ala pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Lantas, apakah melakukan hubungan suami istri pada sepuluh malam terakhir Ramadan itu terlarang, karena Rasulullah tidak melakukannya?
Tentu jawabannya tidak. Mengutip dari Bincang Syariah, hal tersebut sifatnya hanya penekanan anjuran saja bahwa sebaiknya di sepuluh malam terakhir itu, umat Muslim dianjurkan untuk fokus iktikaf di masjid. Iktikaf sendiri adalah berdiam diri di masjid dan melakukan ibadah lainnya, seperti tadarus Alquran hingga salat malam.
Oleh karena itu, melakukan hubungan suami istri pada sepuluh malam terakhir itu tidak dilarang. Hanya saja, pada malam-malam tersebut sebaiknya umat Muslim fokus beribadah untuk meraih keutamaan lailatul qadar.
4. Keutamaan 10 malam terakhir Ramadan
Mengutip dari Rumaysho, Syaikh As-Sa’di mengingatkan, meskipun berhubungan intim di malam-malam terakhir Ramadan itu dihalalkan, namun hendaknya kita tetap disibukkan dengan ibadah di malam hari untuk menggapai lailatul qadar.
Syaikh As-Sa’di menuturkan bahwa Allah menetapkan adanya lailatul qadar (malam yang penuh keutamaan) dan itu terdapat di malam-malam terakhir di bulan Ramadhan. Tidak sepantasnya kenikmatan hubungan intim melalaikan dari ibadah di malam-malam akhir bulan Ramadan.
Hubungan intim jika luput, bisa dilakukan di lain waktu. Namun, untuk lailatul qadar jika luput, maka ia tidak akan memperolehnya lagi untuk saat itu. (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hlm. 87)
5. Amalan di malam lailatul qadar
Malam lailatul qadar adalah malam penuh kemuliaan yang lebih baik dari 1000 bulan. Artinya, salat dan amalan yang dilakukan pada malam lailatul qadar lebih baik daripada salat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar.
Mengutip dari Rumaysho, ada beberapa amalam yang dapat kita lakukan pada malam lailatul qadar. Apa sajakah itu?
- Membangunkan keluarga untuk beribadah serta perbanyak membaca Alquran dan zikir.
- Menghadiri salat subuh dan isya berjemaah.
- Melakukan salat malam pada malam lailatul qadar.
- Mengamalkan doa dan memohon ampun kepada Allah di malam lailatul qadar.
Nah, itulah penjelasan lengkap tentang hukum berhubungan seks di malam lailatul qadar. Yuk, perbanyak ibadah di malam-malam terakhir bulan Ramadan ini!