7 Luka Masa Kecil yang Bikin Seseorang Rentan Selingkuh

Yuk, sembuhkan lukanya

7 Luka Masa Kecil yang Bikin Seseorang Rentan Selingkuh

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Berita tentang perselingkuhan tampak semakin banyak berseliweran. Ironisnya, hal ini bikin trust issue banyak orang semakin tinggi. Mungkin kamu juga salah satu yang jadi mempunyai krisis kepercayaan akan kesetiaan dalam sebuah hubungan romantis ataupun pernikahan.

Secara umum, perselingkuhan disebabkan oleh berbagai macam faktor. Mulai dari hilangnya rasa cinta, merasa diabaikan pasangan, hingga mencari kesenangan lain karena merasa bosan di dalam hubungan.

Namun, tahukah kamu bahwa seseorang yang berselingkuh sebenarnya punya alasan yang lebih dalam, yakni membawa luka dari traumaa kecil yang belum ia sembuhkan?

Mengetahui trauma masa kecil ini bisa bikin kita paham akar permasalahan mengapa seseorang memilih untuk berselingkuh.

Tentu saja bukan untuk memberikan pembenaran bagi mereka yang berselingkuh, tetapi untuk akhirnya menyadari bahwa ada luka yang perlu disembuhkan sehingga tercipta hubungan romantis yang didasari kesetiaan.

Berikut Popbela rangkum 7 luka masa kecil yang bikin orang rentan berselingkuh, dilansir dari laman Bustle.

1. Pernah menyaksikan perselingkuhan orang dewasa semasa kecil

7 Luka Masa Kecil yang Bikin Seseorang Rentan Selingkuh

Faktanya, anak-anak belajar dari apa yang ditunjukkan oleh orang dewasa, termasuk dengan dinamika hubungan. Sehingga, apabila seseorang tumbuh besar menyaksikan perselingkuhan, menurut terapis, Tanesha L. Curtis, LMSW, dia akan rentan membuatnya meniru perilaku tersebut saat dewasa.

Jika ada banyak orang yang penting dalam kehidupan seorang anak… secara terus-menerus berselingkuh dari pasangannya atau orang terdekatnya (terutama jika pasangan dan orang yang penting tersebut tidak membicarakan atau menentang perilaku tersebut atau mengakhiri hubungan), akan lebih mudah bagi seorang anak untuk melakukan hal tersebut dan untuk melihat perselingkuhan sebagai bagian normal dari hubungan romantis," ungkap Tanesha.

"Mereka mungkin berpandangan bahwa 'semua orang berselingkuh,'" lanjutnya.

2. Diajari untuk menghindari perasaan negatif

Sebagian besar orang dewasa tumbuh besar dengan didikan orang tua yang kerap memintanya menghindari perasaan negatif. Meski memang nggak menyenangkan untuk merasakan perasaan ini, tapi dengan menghindarinya dapat berdampak negatif pada hubungan anak-anak ketika mereka tumbuh dewasa.

Psikolog klinis, Dr. Paul DePompo berkata, “Anak-anak yang tumbuh dengan keyakinan bahwa mereka tidak boleh 'tenang', harus bahagia, tidak boleh frustrasi, dan sebagainya, cenderung belajar bahwa hidup lebih tentang mereka dan sering tidak mengembangkan keterampilan membangun toleransi terhadap frustrasi, [atau melihat] pentingnya timbal balik dan fleksibilitas dalam hubungan mereka,”

Di masa dewasa–ketika mereka merasa tidak mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan dari pasangannya, atau ketika mereka membutuhkan lebih banyak kekaguman dari dunia luar–[mereka] dapat mengembangkan keyakinan bahwa mereka pantas mendapatkan apa yang mereka inginkan, ketika mereka menginginkannya, mereka akan mendapatkannya."

Dengan begitu, seseorang akan kesulitan untuk menghadapi naik turun hubungan dan gemar mencari validasi dari orang lain ketika merasa frustrasi.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here