Jadi Korban Catcalling, Ini Cara Cinta Laura Cegah Pelecehan Seksual

Perkenalkan metodologi intervensi 5D

Jadi Korban Catcalling, Ini Cara Cinta Laura Cegah Pelecehan Seksual

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Bukan hanya sekali dua kali saja saya mendengar berita tentang pelecehan seksual. Maraknya pelecehan seksual di ruang publik tentunya sangat meresahkan masyarakat apalagi bagi perempuan dan anak-anak.

Mirisnya, menurut data 8 dari 10 perempuan pernah mengalami pelecehan seksual di ruang publik (IPSOS, 2021). Kasusnya pun beragam mulai dari pelecehan secara fisik ataupun pelecehan verbal yang dilakukan secara terang-terangan. Pelecehan yang terjadi seakan nggak pandang bulu, anak-anak hingga lansia pun nggak luput dari kejahatan yang satu ini.

Artis kenamaan Indonesia seperti Cinta Laura pun pernah mengalami pelecehan seksual. Kala ditemui dalam acara Stand Up Melawan Pelecehan Seksual di Transportasi Umum pada Kamis (16/03/2023), Cinta menceritakan pengalamannya ketika menjadi korban catcalling.

Pelecehan nggak ada hubungannya dengan pakaian yang dikenakan korban

Jadi Korban Catcalling, Ini Cara Cinta Laura Cegah Pelecehan Seksual

Salah satu pelecehan yang kerap menimpa para perempuan tak lain adalah catcalling. Hal tersebut juga sempat menimpa Cinta Laura di ruang publik tatkala ia ingin menghadiri dinner seorang teman di kawasan Sudirman. Ia bahkan menegaskan bahwa kala itu ia tengah menggunakan baju yang tertutup dan sopan.  

Aku sendiri pernah mengalami di-catcalling. Aku turun dari mobilku daerah Sudirman, saat itu lagi hujan jadi aku takut telat sampai ke acara dinner temenku, aku keluar mobil dan nyebrang jalan dan itu pakaian aku orang nggak mungkin kenal aku deh, aku pake jeans baju panjang pake masker pake kacamata item, terus tiba-tiba ada yang bilang wow seksi," ungkap Cinta Laura.

Ia pun menegaskan bahwa sejatinya pelecehan yang terjadi pada kaum perempuan dan anak-anak sejatinya tidak melulu harus menyalahkan penggunaan pakaian.

"Ini mungkin juga bisa sebagai contoh yang tepat karena pelecehan nggak ada hubungannya dengan pakaian. Karena kalau menyalahkan pakaian, mengapa anak-anak balita dan lansia yang nggak punya power bisa terkena pelecehan? Itu semua bukan karena pakaian melainkan memang pelakunya yang sakit,” lanjutnya.

Nggak semua korban punya keberanian untuk melawan

Saat menjadi korban pelecehan Cinta beruntung punya keberanian untuk melawan pelaku. Kala itu ia mengintervensi pelaku dengan cara mendokumentasikan wajah si pelaku. Namun, ia juga menyadari bahwa nggak semua korban memiliki keberanian yang sama untuk melawan pelaku kejahatan.

Itu juga berlaku bagi para saksi yang melihat kejahatan atau biasanya disebut dengan “Bystander effect” atau “efek pengamat/saksi”. Sebuah teori psikologi sosial yang menunjukkan reaksi psikologis ketika seseorang membutuhkan pertolongan tapi orang-orang disekitarnya tidak ada yang membantu karena sama-sama beranggapan bahwa akan ada orang lain yang akan menolong korban, sehingga pada akhirnya tidak ada orang yang menolong sama sekali.

“Menurut data IPSOS, 91% orang pernah menyaksikan pelecehan seksual di ruang publik dan tidak tahu harus berbuat apa, sedangkan 71% mengatakan situasi akan membaik jika seseorang membantu,”  pungkas Cinta.

Fakta tersebut juga ia temukan ketika ia bersama  L'Oréal Paris dan JakLingko berkesempatan untuk berbincang dengan para komuter di Stasiun Tanah Abang. Cinta menemukan salah satu pengguna transportasi umum yang pernah mengalami pelecehan, namun ketika meminta pertolongan ia dianggap berlebihan dan bahkan ditertawakan. 

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here