Keseruan hari kedua IMS 2020 berlanjut, nih Bela. Kali ini hadir Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranomo di stage Visionary Leaders. Tema pembicaraan di sesi kedua ini adalah mengenai "The Power of Local Leadership".
Dalam sesi yang dipandu oleh Nezar Patria (Digital Chief Editor The Jakarta Post), Ganjar Pranowo yang dikenal sebaai sosok pemimpin yang supel, sederhana, dan jenaka ini membagikan gaya kepemimpinan yang ia terapkan pada saat memimpin Jawa Tengah. Apa saja gaya kepimpinanan tersebut? Yuk, simak.
1. Jangan jadikan jabatan sebagai sekat
Ganjar Pranowo mengatakan bahwa jabatan serta status sosial yang tersemat dalam dirinya sangat menganggu. Ia menceritakan perilaku teman-temannya berubah ketika ia memiliki jabatan.
Maka dari itu, untuk menghilangkan sekat di antara ia dan kerabat serta karyawan pemerintah lainnya Ganjar memilih untuk tetap berbaur satu dengan yang lain, tetap berkumpul dengan teman-teman lamanya agar hilang sekat di antara dirinya dan orang-orang di sekitarnya.
2. Komunikasi adalah hal yang penting
Ganjar Pranowo menerapkan pentingnya komunikasi antara dirinya dan masyarakat Jawa Tengah."Saya hanya ingin menyampaikan kepada rekan serta masyarahat Jawa Tengah bahwa saya ini biasa saja, anggap aja kita ini berteman. Gaya tersebutlah yang coba saya tunjukan setiap hari dan dengan memudahkan masyarakat untuk berkomunikasi dengan saya," jelas Ganjar.
Untuk mendukung pentingnya komunikasi ini, Ganjar Pranomo menyediakan berbagai wadah aspirasi. Salah satunya menggunakan media sosial.
"Sekarang sosial media adalah media perantara paling efektif bagi masyarakat dalam menyampaikan keluhannya. Dibandingkan perantara lain yang saya gunakan, media sosial ada di urutan pertama karena orang memiliki keberanian lebih di media sosial," lanjut Ganjar Pranowo.
4. Mendengarkan segala keluhan
Di saat kamu memilih untuk menjadi pemimpin kamu harus siap mendengarkan segala keluh kesah dari masyarakat. Karena menurut Ganjar masyarakat itu perlu untuk didengarkan keluh kesahnya dan mencarikan solusi.
"Mereka membutuhkan simbol pemimpin itu sebagai solusi, tapi kita juga jangan jaim (jaga image). Kita komunikasi apa adanya, kalau tidak bisa bicara di depan mereka," ucapnya.
5. Tidak enggan untuk turun langsung
Bukan hanya mendengarkan keluh kesah saja, sebagai pemimpin diperlukan pula aksi nyata dalam menangani suatu masalah.
"Ketika ada suatu masalah di suatu tempat, saya akan perintahkan staf yang berkepentingan untuk turun. Namun, apabila belum terselesaikan juga dalam waktu setengah jam saya harus turun langsung," ujarnya.
Bagi gubernur yang satu ini, masyarkat merasa sedikit tenang apabila melihat atau bertemu dengan pemimpinnya yang turun langsung ke lapangan.
Wah, kamu ada yang mau jadi pemimpin juga 'kah?