Selain love language, kita juga perlu memahami anger language pasangan, lho. Bila love language dapat membantumu memahami cara untuk memberi dan menerima cinta, pada bahasa amarah kita bisa belajar tentang bagaimana mengekspresikan dan mengatasi amarah dalam hubungan.
Sama seperti setiap orang yang mempunyai cara berbeda dalam menunjukkan rasa cintanya, mereka juga punya cara unik tersendiri untuk menunjukkan amarah. Oleh karena itulah, sangat penting bagi para pasangan saling memahami anger langugage masing-masing. Sebab, hal ini bisa berdampak pada cara kita berkomunikasi satu sama lain.
Selain itu, dengan mengenal anger language mu dan pasangan, kalian bisa menghadapi konflik bersama dengan saling memahami, serta membangun hubungan yang lebih kuat dan sehat. Jadi, yuk mulai kenali jenis-jenis anger language dalam hubungan!
Jenis-jenis anger language
Melansir berbagai sumber kesehatan, seperti Psychology Today, The Health Journals, hingga Forbes, ada lima jenis bahasa amarah yang kerap muncul dalam sebuah hubungan. Apa sajakah itu?
1. Si paling benar (Righteous anger)
Si dia yang marah dengan alasan ini biasanya merasa superior secara moral dan sering bilang, "Aku benar, kamu salah."
Selain itu, dia yang punya jenis amarah ini sebenarnya hanya membuat konflik yang ada semakin parah, karena nggak mau mendengarkan pendapat orang lain. Padahal, amarahnya itu bisa menimbulkan rasa percaya diri yang salah pada dirinya sendiri dan memperlebar jarak antara kalian.
Salah satu pasangan yang memiliki jenis amarah ini biasanya merasa tidak aman atau ketakutan secara berlebihan, dan dia tengah berusaha menutupinya menjadi semacam tameng agar nggak terlihat rapuh di hadapanmu.
Oleh karena itu, coba dengarkan alasan kemarahannya dulu, ya, Bela. Perhatikan baik-baik dengan pikiran yang jernih, kebenaran dan kesalahan apa yang terjadi hingga bikin si dia marah seperti itu.
2. Ketidakpuasan (Indignation)
Selanjutnya, bila pasanganmu punya amarah dengan selalu merasa tidak puas denganmu, biasanya dia akan menunjukkan ekspresi seolah nggak percaya dengan apa yang terjadi. Selain itu, ia juga mengklaim bahwa dirinya telah menjadi korban, sehingga dapat menghindari kesalahan serta tanggung jawabnya dan menyalahkanmu atau orang lain.
Nah, biasanya jika salah satu pasangan memiliki amarah jenis ini sering kita sebut dengan istilah playing victim. Dengan merasa jadi korban, dia akan mencari validasi dan simpati orang lain, sambil secara nggak langsung menuduhmu dan pihak lain yang salah, yang akhirnya malah bikin dialog serta penyelesaian konflik jadi semakin sulit.
3. Pembalasan (Retribution)
Anger language ketiga ini sebenarnya bisa dibilang juga sebagai balas dendam atau revenge. Namun, karena tak semua orang benar-benar melakukan balas dendam, melainkan hanya niatan saja, jadi anger language ini disebut sebagai pembalasan atau retribution.
Nah, bila pasangan punya jenis amarah ini, sudah dipastikan kalau dirinya akan selalu punya niat untuk melakukan balas dendam pada siapa pun yang mencari masalah dengannya. Ia akan berusaha buat membalas ketidakadilan yang telah dirasakannya dengan rasa sakit atau hukuman yang setimpal pada orang yang dianggapnya salah itu.
Walau kenyataannya hal ini tidak benar-benar dilakukan olehnya, namun tak ada salahnya untuk berhati-hati ya, Bela. Terlebih jika pasanganmu punya jenis anger language yang satu ini.
4. Pengalihan (Distraction)
Selanjutnya, ada pengalihan atau distraction. Jenis bahasa amarah satu ini biasanya dipakai sebagai cara buat menghindar, membawa perhatian mereka pada kesalahan yang dilakukan dulu dengan membicarakan masalah lama atau kesalahan orang lain yang bikin kalian jadi ribut.
Amarah ini sering kali terdapat pada pasangan-pasangan muda, terutama perempuan yang suka cari masalah kalau kangen sama kekasihnya. Kamu termasuk punya anger language seperti ini nggak, Bela?
5. Pembenaran (Justification)
Terakhir, ada pembenaran atau justification. Bahasa amarah yang satu ini bisa dibilang sebagai cara si dia untuk membenarkan kemarahannya, sebagai respons yang "benar" terhadap kesalahan yang dirasakannya. Dia juga kerap menggunakan kata-kata “karma itu ada!”
Padahal, sebenarnya dia hanya menghindari tanggung jawabnya sambil menyalahkanmu maupun pihak lain. Mirip dengan indigation, namun biasanya pemilik anger language ini akan tetap bertahan pada perasaan dendamnya dan tidak mau mencari solusi dari permasalahan yang ada. Hati-hati ya, Bela!
Nah, itulah anger language yang wajib kamu ketahui, Bela! Dengan saling memahami bahasa amarah masing-masing, kamu dan dia bisa menetapkan batasan atau seberapa jauh kalian akan menoleransi saat pasangan marah.