Sempat heboh karena tak bisa diakses, Amerika Serikat akhirnya menunda pemblokiran TikTok. Mengutip dari Associated Press, Senin (20/1), Donald Trump selaku presiden terpilih merupakan sosok di balik kebijakan ini.
Lantas, apa yang membuat pemblokiran TikTok ditunda padahal sudah sempat menghilang dari toko aplikasi Google dan Apple? Simak alasannya di bawah ini.
Permintaan Donald Trump
TikTok memulihkan layanan untuk pengguna di Amerika Serikat hanya beberapa jam setelah pemblokirannya. Platform berbagi video ini menghadapi larangan federal karena dianggap memanipulasi algoritma dan membahayakan privasi data milik warga Negeri Paman Sam tersebut.
Akan tetapi, Presiden terpilih Donald Trump akan mencoba menghentikan pemblokiran ini pada hari pertamanya menjabat, mulai 20 Januari waktu setempat. Informasi ini juga tercantum dalam notifikasi pop-up saat warga Amerika Serikat membuka aplikasi TikTok.
"Selamat datang kembali! Terima kasih atas kesabaran dan dukungan Anda. Sebagai hasil dari usaha Presiden Trump, TikTok kembali ke Amerika Serikat. Anda dapat lanjut menciptakan, membagikan, dan menemukan hal-hal yang Anda sukai di TikTok," tulis pengumuman tersebut.
Sebagaimana rencana awal, TikTok tetap harus menemukan pemilik baru jika ingin tetap beroperasi di Amerika Serikat. Donald Trump hanya memberikan perpanjangan waktu 90 hari untuk ByteDance, perusahaan induk aplikasi ini, agar menemukan pembeli yang disetujui sebelum larangan berlaku penuh.
Namun, keputusan Donald Trump ini juga menjadi perbincangan hangat di internet. Sedikit kilas balik, ia justru menjadi sosok yang gencar menyuarakan pemblokiran TikTok pada 2020 lalu saat masih menjadi presiden di periode pertamanya. Menurutnya, platform ini bisa mengancam keamanan nasional karena dimiliki oleh perusahaan yang berbasis di Tiongkok.
Dampak TikTok diblokir di Amerika Serikat
Sebelumnya, kabar pemblokiran TikTok membuat warga Amerika Serikat mencari alternatif platform video baru. Hal ini menjadikan aplikasi yang juga berasal dari Tiongkok, XiaoHongShu alias RedNote, mendadak naik pamor di toko aplikasi.
Meski sepenuhnya menggunakan bahasa Mandarin, hal ini tak menyurutkan niat warga Amerika Serikat untuk mengunduhnya. Alih-alih mencari alternatif lain, mereka malah rela mempelajari bahasa tersebut hingga Duolingo melaporkan peningkatan jumlah pembelajar bahasa Mandarin dari negara ini.
Bagaimana menurut pendapat kamu, Bela?