Menutup artikel eksklusif Future Is Female, kurang lengkap tanpa membahas sosok perempuan dibalik lensa yang sudah sangat membantu dalam menghadirkan visual kampanye terbaru Popbela ini begitu penuh persona. Nurulita, fotografer senior yang karyanya sudah membanggakan Indonesia. Salah satu karya fotografinya adalah untuk Asian Games 2018 lalu, dimana konsep olahraga, pariwisata, fashion dan beauty tampil epik menjadi sebuah sinergi yang baru.
Autodidak soal dunia fotografi, Nurulita mengenang kembali saat fotografer perempuan belum banyak seperti hari ini. Belajar berkompetisi dengan fotografer pria, inspirasinya, sikap feminis hingga keseruannya saat menggarap kampanye Future Is Female. Semua dijabarkan dengan santai olehnya. Nah untuk kamu perempuan yang tertarik dengan dunia fotografi dan mau jadi independen, kayanya wajib buat menyimak pesan Nurulita di bawah ini.
Pertama kali jatuh cinta dengan dunia fotografi...
“Kembali ke masa remaja, jadi dulu itu waktu SMP kita sesama perempuan sering tukar-menukar foto di dompet. Entah kenapa setiap melihat foto, aku merasa ‘kok aku jadi sosok yang berbeda?’ Aku pun penasaran kenapa tiap orang bisa beda-beda. Nah dari situ aku mulai belajar. Disitulah tumbuh kecintaan sama dunia fotografi. Aku merasa, sebenarnya menangkap pesona orang masing-masing itu hanya tinggal melihat keindahan di orang tersebut. Setiap orang memiliki keindahan yang tersembunyi dan itu yang perlu aku explore. Motret itu intinya bagaimana kita bisa menangkap keindahan ciptaan Tuhan dalam dirinya.”
Passion itu penting!
“Latar belakang aku bukanlah fotografi. Kuliah pun jurusan tehnik kimia. Tapi bukan berarti harus meninggalkan itu semua. Fokus dan tetap bertanggung jawab. Setelah lulus, baru aku mulai benar-benar belajar fotografi. Mulai dari kerja jadi asisten, buka studio kecil-kecilan sampai berani melamar ke berbagai majalah. Intinya kalau kita punya suatu keinginan, aku tipikal orang yang dicoba dulu, gagal ya nggak masalah. Kegagalan adalah sebuah pembelajaran dalam hidup yang harus kita lalui. Jadi usaha dulu maksimal, untuk apa yang menjadi mimpi atau passion kita. Kalau sukses ya lanjut. Kalau misalnya terus gagal pasti selalu ada jalan menuju itu atau pasti suatu saat kita menemukan caranya. Yang penting pilih jalan yang memang sesuai dengan apa yang kita inginkan.”
Kesetaraan gender di dunia fotografi
“Kalau zaman sekarang kesetaraan gender (di dunia fotografi) rasanya begitu terlihat. Sekarang perempuan juga lebih maju dan lebih berkembang di berbagai kesempatan. Beda sama dulu. Walaupun dunia fotografi terbilang santai, cuma dulu itu tetap ada yang ‘beda-bedain’ antara fotografer laki-laki dan perempuan. Terutama di dunia komersil. Hampir 99% didominasi oleh laki-laki. Disitulah tantangan kita sebagai perempuan untuk membuktikannya.”
Inspirasi pribadi
“Ellen von Unwerth. Karena gayanya yang nyentrik.”
Project Future Is Female
“Project Future Is Female sendiri mencakup beberapa nara sumber perempuan dari berbagai bidang, yang juga melibatkan aku sebagai female photographer. Dari dunia seni seperti Fenessa Adikoesoemo, Yhka Amelz, deretan aktivis seperti Kartika Jahja, Andrea Gunawan, politisi muda Tsamara Amany dan Tina Toon hingga para perempuan tangguh dan berani beda seperti Cinta Laura Kiehl, Ariel Tatum Patricia Gunawan dan Luna Maya. Tapi satu yang aku adore adalah sosok Hanna Al Rasyid yang bagiku dia benar-benar konsisten memperjuangkan kesetaraan gender. Satu yang masih jadi concern aku adalah tentang kodrat perempuan. Karena buat aku kodrat perempuan ada empat yaitu menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui. Tidak dikerucutkan lagi menjadi sosok yang harus diam di rumah, di dapur dan lainnya. Kalau cuma soal membangun rumah tangga... itu sudah menjadi tugas bersama antara suami dan isteri. Penting banget buat semua orang tahu apa yang sesungguhnya kodrat seorang perempuan.”
Sikap feminis di mata Nurulita
“Kesetaraan gender dimana perempuan kini bisa menyuarakan pendapat, bisa berkarir dengan bebas dan menentukan opsinya, harus diakui baru terjadi pada kalangan menengah ke atas. Sementara di akarnya masih belum tersentuh isu feminisme. Aku percaya laki-laki dan perempuan punya otonomi masing-masing (khususnya bicara tubuh) dan perempuan sudah seharusnya saling mendukung antar sesama perempuan. Ketika kita satu suara kita bisa mencapai kesetaraan gender yang lebih baik lagi kedepannya. Dan kalau kita ingin setara dalam pekerjaan, tunjukkan kalau kita memang sama. Jangan minta perlakuan spesial!”
Satu kata untuk Future Is Female?
“Liberating.”
Untuk menyimak langsung cerita Nurulita soal fotografi, perjuangan kesetaraan gender hingga benefit perempuan yang bekerja di dunia seni, kamu bisa datang ke Indonesia Millennial Summit 2020 - panggung Future Is Female pada 17-18 Januari 2020 di The Tribrata. Info selengkapnya bisa kamu lihat di official Instagram IMS 2020. See you there!
Photo credit:
Photographer: Nurulita
Fashion Editor: Michael Richards
Stylist: Tbmyudi
Assistant Stylist: Yemima
Makeup Artist: Shaluna Raditya
Hair Stylist: Eka Sari
Wardrobe: sweater, jaket kulit dan anting milik stylist, obi belt GUESS, jeans LEVI’S, sepatu dan gelang DIOR