Makin bersinar di kancah internasional, kali ini label fashion lokal asal Yogyakarta, LULU LUTFI LABIBI x indieguerillas membanggakan Indonesia dengan memamerkan koleksinya di Gwangju, Korea Selatan, tepatnya di acara Asia Culture Week 2024.
Sebelumnya, fashion performance “Datang Untuk Kembali 2.0” yang menandai tahun ke-9 LULU LUTFI LABIBI bersama indieguerillas berkarya bersama dihelat perdana di Center Of Contemporary Art di Singapura. Dan kali ini, pergelaran dilaksanakan di Nasional Asian Culture Center di Gwangju, Korea Selatan dalam rangkaian acara Asia Culture Week 2024.
Mengusung tema sustainability sebagai bagian dari spirit berkarya, kali ini LULU LUTFI LABIBI mengolah kain sisa produksi di gudang pribadi dan beberapa pakaian ‘dead stock’ dari inventory produk musiman yang terkurasi. Upaya ini dilakukan untuk memperpanjang usia pakaian dan memberi ‘kehidupan baru’ untuk kelangsungan cara berpakaian yang berkelanjutan.
Rangkaian koleksi siap pakai dengan sentuhan motif bordir khas indieguerillas ditampilkan dalam rupa kemeja, celana dan rok upcycle, celana sarung lipat, bomber jacket, aneka luaran yang mengadaptasi kerah kutubaru khas kebaya, hingga topi yang terinspirasi dari blangkon khas Yogyakarta.
Memamerkan sebanyak 28 tampilan yang diperagakan oleh 14 model lintas generasi, runway kali ini jauh lebih menarik. Bukan di panggung, namun merespon lokasi berlangsungnya Asia Art Market dalam perhelatan Asia Culture Week 2024 dengan berjalan mengelilingi pasar dan membaur dalam hiruk pikuk perayaan festival.
Barisan model membawa lentera karya seniman Boo Jihyun dari Jeju mengelilingi pasar di tengah siang hari sebagai simbol dan reka ulang salah satu babak dari buku terkenal karya Friedrich Nietzsche, Thus Spoke Zarathustra. Tokoh pembawa lentera yang melambangkan cara berpikir out of the box, berani melawan arus, punya pendapat sendiri yang khas, dan berani keluar dari zona nyaman yang melemahkan.
LULU LUTFI LABIBI bersama indieguerillas sebagai anggota dari Murakabi Movement menjadikan kesempatan ini sebagai salam pembuka bagi publik Gwangju untuk mengenal lebih dekat budaya gotong royong kreatif ala Indonesia yang diwujudkan dalam gerakan Murakabi.