Nggak memungkiri, sekalipun bergelut dalam bidang atau minat yang kamu sukai, bekerja itu sulit. Kamu perlu menyelesaikan tumpukan tugas, berhadapan dengan klien yang kurang sopan, mengerjakan presentasi untuk rapat yang mendadak, berusaha keras demi mencapai target dan mendapat apresiasi dari atasan, dan sebagainya. Terkadang prosesnya dapat kamu nikmati, hasilnya pun baik. Namun terkadang, semua nggak berjalan sesuai rencana dan harapanmu.
Suatu hari, tugasmu nggak selesai dengan baik, klienmu marah serta menganggapmu nggak profesional, target nggak tercapai dan atasanmu berharap kamu punya alasan bagus yang membuatnya dapat memaafkanmu. Dalam hati, kamu merasa gagal dan malu. Seakan duniamu berakhir di saat itu juga. Lantas, harus bagaimana?
Melansir dari Elite Daily, ketika momen buruk seperti ini terjadi, coba untuk berhenti dan istirahat sejenak. Tarik nafas yang dalam, Bela. Jika ingin menangis, kamu bisa ke luar sebentar dari ruanganmu untuk menghabiskan sedikit waktu di kamar mandi. Tarik nafas yang dalam, keluarkan. Ulangi sampai hatimu tenang dan pikiranmu bisa kembali fokus. Kemudian, ulangi dalam kepalamu, "Semua akan baik-baik saja." Karena benar adanya. Semua akan baik-baik saja, kok.
Saat merasa gagal, mudah bagi hatimu untuk merasakan ketakutan dan pikiranmu untuk mengeluarkan kata-kata negatif. Daripada mendengungkan kalimat "Aku telah gagal", coba ingat kembali pencapaian yang pernah kamu raih dan pujian yang kamu dapatkan dari atasan maupun rekan kerja. Sekecil apapun pujian itu, putar kembali dalam ingatanmu. Cara ini dapat membuatmu merasa kalau kegagalan yang kamu alami saat itu dapat kamu atasi dengan baik. Kamu yakin kalau masalah ini dapat berlalu dan kamu bisa bangkit dari kegagalanmu.
Semua karyawan ingin memberikan yang terbaik pada atasannya, pada pekerjaannya. Namun, manusia nggak ada yang sempurna. Kamu maupun rekan kerja lainnya dapat melakukan kesalahan, dan itu sepenuhnya wajar terjadi. Bahkan atasanmu bisa melakukan kesalahan yang fatal. Karena itu ketimbang membebani diri sendiri dengan perasaan bersalah, terima dan hadapi kenyataan itu. Kemudian jadikan pembelajaran agar hal yang sama nggak terjadi kedua kalinya.
Wajar jika kamu masih merasa malu dan canggung pada atasan atau rekan kerja setelah melakukan kesalahan. Namun, kamu nggak bisa selamanya bersikap seperti itu, Bela. Ketika dirimu menganggap kalau kesalahanmu nggak akan bisa terlupakan, itu hanya akan menahan dirimu untuk berusaha memberikan yang terbaik pada tim maupun pekerjaanmu sendiri. Ingat kalau orang-orang di kantormu memiliki urusannya masing-masing untuk ditangani. Mereka nggak akan punya waktu untuk selalu mengingat kesalahanmu. Faktanya, mereka akan mengabaikannya dan berharap agar kamu bisa berfokus pada usahamu selanjutnya. Jadi, tenang, ya.
Lalu, bagaimana jika kesalahanmu sangat fatal sehingga mengancam posisimu? Ketika situasimu terasa kurang nyaman, seperti atasan yang memperlakukanmu berbeda dari sebelumnya, atau rekan kerja yang menjauhimu, maka kamu perlu mengambil tindakan. Tentu kamu menyadari kesalahanmu dan ingin memperbaikinya. Namun suasana seperti itu nggak memberi tanda kalau kamu mendapat kesempatan itu, sebaliknya malah menjebakmu dalam rasah bersalah dan nggak membuatmu berkembang. Kamu perlu move on dan mencari pekerjaan di tempat yang lebih baik.
Bekerja memang sulit, namun itu adalah kenyataan yang harus dijalani, Bela. Akan selalu ada hari baik dan hari buruk yang datang silih berganti. Ketika kurva kehidupan kariermu mulai menurun, jangan panik. Semua akan baik-baik saja.
