Beginilah Kisah Minoritas yang Gagal Berangkat ke US Karena Kebijakan Trump

Uang tiket sia-sia hingga gagal bertemu keluarga

Beginilah Kisah Minoritas yang Gagal Berangkat ke US Karena Kebijakan Trump

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Ketika Trump resmi memberikan mandat untuk mencekal datangnya imigran muslim masuk ke AS, dunia pun ikut bereaksi. Meski Indonesia terbilang aman dan tidak merasakan dampak kebijakan ini, tentu tetap geram mendengar keputusan Trump, apalagi Indonesia didominasi pemeluk Islam, praktis ikut merasakan kesedihan saudara seiman yang merasa hak nya terenggut. Lalu seberapa parah sih dampak kebijakan Trump ini? Melansir The Guardian, inilah kisah para imigran asal negara terlarang (Iran, Iraq, Libya, Somalia, Sudan, Syria and Yemen) ketika gagal berkunjung ke AS dan biaya pembelian tiketnya terpaksa sia-sia. Inilah pengakuan dari mereka, Bela
 

Beginilah Kisah Minoritas yang Gagal Berangkat ke US Karena Kebijakan Trump

Kami memang belum menerima perintah tertulis dari AS. Begitu juga dengan aturan mengenai penolakan pelancong yang memiliki green cards, belum ada penjelasan resmi yang jelas. Contohnya saja waktu itu ada seorang penumpang asal Suriah yang memegang passport US, kami terpaksa harus pura-pura tidak melihat mereka. Ketika dia terjebak di bandara dan bertanya kapan ia akan diizinkan untuk kembali ke US, ia sangat khawatir bagaimana dengan keluarga, pekerjaan dan kehidupannya di AS. Dan kami tak tahu harus menjawab apa, karena dia berasal dari Suriah. Yang terakhir saya dengar, ia mencoba mendatangi berbagai bandara untuk bisa terbang ke AS.

Aku sudah melewati semua proses di bandara, ketika aku melewati pintu masuk, seorang pekerja bandara, FlyDubai memanggilku dan mengatakan kalau aku tidak boleh mengikuti penerbangan. Aku bertanya apa alasannya dan aku meminta dia untuk berbicara kepada konsulat AS. Dan aku bilang kepadanya kalau aku nggak akan meninggalkan bandara karena aku sudah membeli tiket, dan aku kaum terlantar dan sudah tidak mempunyai uang untuk membeli tiket kembali.

Menolak kami dengan cara seperti ini sangatlah mengejutkan, apalagi kalau dialami orang yang telah membantu Amerika, seperti suamiku yang bekerja dengan orang Amerika. Apalagi aku menuju AS tak ada misi politik ataupun ekonomi sama sekali. Aku merasa aku seorang minoritas, dan setiap hari aku hidup dipenuhi ketakutan dan akan diseran, parahnya lagi aku akan dipindahkan lagi.

Setelah aku menyelesaikan gelar doktor Juni 2009, saat partai Islamic Republic (Iran) memenjarakan seseorang yang aku cinta, mengeksekusi keluarga aku dan mengabarkan pesan kebencian ke Oxfod, saat itulah aku kehilangan semuanya. Semua ada risikonya, termasuk karier ku saat ini. Padahal untuk mencapai karier seperti sekarang di Pennsylvania, aku harus menjalaninya selama tujuh tahun. Mengetahui kebijakan ini membuatku tidak bisa tidur selama dua hari. Terlebih lagi aku tidak bisa berkata apa-apa. Sebagai orang Iran, kami seakan dianggap bagian dari teroris dan hidup kami dibatasi tidak seperti kehidupan normal seperti dulu lagi.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here