Exclusive Interview: Lirik Santun Pink Sweat$ yang Jadi Magnet Pasar

Menjual kualitas dibanding sensasi

Exclusive Interview: Lirik Santun Pink Sweat$ yang Jadi Magnet Pasar

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Penyanyi kelahiran Philadelphia bernama asli David Bowden (27) ini, memikat telinga pendengar Indonesia melalui lagu “At My Worst” dan “Honesty” yang wara-wiri di TikTok dan Instagram Reels. Kita mengenalnya dengan nama panggung Pink Sweat$.

“Orangnya baik banget, ramah!” kata salah satu tim Warner Indonesia, yang mengatur wawancara kami. Testimoni tersebut benar adanya, setelah kamera zoom kami sama-sama terbuka dan saya disambut dengan senyum lebar Pink. Dengan kemeja putih, dasi pink dan topi pink yang dibalik, seolah merepresentasikan persona namanya, sekaligus mempromosikan single terbarunya yang bercerita soal getaran cinta masa SMA, “Nothing Feels Better”.

Jika kamu adalah orang yang menyukai alunan R&B lembut cenderung ke balada, dengan dentingan gitar akustik yang dipetik dengan hati-hati, serta lirk manis yang terasa santun dan memuji, maka dengarkanlah Pink Sweat$.
 
Dengan waktu singkat yang Popbela dapatkan untuk berbincang dengan Pink Sweat$, kami berhasil merangkum kisah di balik penciptaan lirik yang dipengaruhi cara ia dibesarkan lewat rangkaian acara gereja, hingga rencana karya terbaru. Melalui wawancara eksklusif, inilah hal yang perlu kamu tahu tentang Pink Sweat$.

Tumbuh di lingkungan religius

Exclusive Interview: Lirik Santun Pink Sweat$ yang Jadi Magnet Pasar

Sebelum menjadi penyanyi ternama seperti sekarang, Pink memang dibesarkan dari seorang ibu penyanyi gospel. Lelaki yang lahir pada hari Valentine ini bahkan memainkan drum saat tampil di gereja Minggu. Namun ia mengakui justru tidak merasa berada di lingkungan yang sangat musikal.

“Aku rasa lingkunganku biasa-biasa saja dalam hal musik. Bahkan aku tidak berpikir bahwa suatu saat akan menjadi penyanyi,” katanya kepada Popbela. Namun dengan rutinitas bermusik di gereja dengan orangtua yang taat, justru membuatnya fasih menulis lirik yang positif dan tidak merendahkan perempuan.

Lirik manis sebagai penyeimbang pasar

“Aku rasa orangtuaku, mungkin kebanyakan orangtua secara umum ya, ingin ketika anaknya bermusik—karena kami cukup aktif di situ—tidak menyampaikan pesan yang merendahkan harga diri orang lain, atau memberikan pesan negatif,” jelasnya.

Namun, menanggapi akan lagu-lagu R&B dan hip-hop yang merendahkan perempuan atau didominasi kata-kata kasar, ia berkata, "Aku rasa juga apa yang terjadi dengan lirik masa kini adalah kurangnya keberagaman. Karena kita sebagai manusia terkadang memiliki duality, misalnya satu hari kamu ingin merasa dicintai dan disayang dengan kelembutan, tapi di hari lain kamu ingin sesuatu yang membara juga. Nah, yang aku rasakan di masa sekarang adalah kurangnya keseimbangan keduanya. Kamu hanya disajikan satu sisi saja setiap saat, ketimbang dua pilihan. Contohnya, dulu kita bisa mendengarkan Boyz II Men yang bisa menyampaikan ajakan bercinta dengan lembut, namun di sisi lain kamu juga bisa mendengarkan Jodeci yang sedikit cabul.” 

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here