SFF: Asia 2021, 5 Hal Ini Dorong Peran Perempuan di Industri Film

Salah satunya buat support system yang memadai

SFF: Asia 2021, 5 Hal Ini Dorong Peran Perempuan di Industri Film

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Kesetaraan gender dalam berbagai bidang pekerjaan kini terus digalakan demi mendukung kesempatan dan hak yang sama bagi masing-masing individu. Tak terkecuali di industri film. Bidang ini memang didominasi oleh kaum laki-laki. Namun, hal tersebut tentu bukan halangan untuk perempuan agar dapat ikut membuat karya sesuai dengan keinginan mereka sendiri.

Dalam acara virtual diskusi panel yang diselenggarakan oleh Sundance Film Festival: Asia 2021, beberapa narasumber perempuan yang datang dari industri perfilman mendiskusikan hal ini. Mereka adalah Nia Dinata (Berbagi Suami), penulis skenario Gina S. Noer (Habibie & Ainun), produser Susanti Dewi (Moammar Emka's Jakarta Undercover), Sue Turley (SVP XRM Media) dan Amanda Salazar (Head of Programming and Acquisitions of Argo).

Kelima perempuan tersebut berbagi pandangan soal bagaimana peran perempuan di industri perfilman masih kalah jumlah dibandingkan laki-laki. Namun, tentu hal ini bukanlah halangan bagi perempuan untuk menunjukan kemampuan dirinya dan membuat karya.

SFF: Asia 2021, 5 Hal Ini Dorong Peran Perempuan di Industri Film

“Dunia ini memang sudah menjadi tempat yang lebih baik bagi perempuan. Ini juga berkat perempuan-perempuan sebelum kami yang telah memperjuangkan kesetaraan dalam industri ini. Kuncinya ada pada funding yang berfokus pada perempuan. Pendanaan yang tersasar dapat menyediakan kondisi kerja yang lebih aman, menghasilkan lebih banyak peluang untuk berkolaborasi, memperkuat suara perempuan, dan membantu mereka dalam mengatasi tantangan berbasis gender yang menghambat kemampuan mereka untuk bekerja di lapangan," ungkap Amanda Salazar.

Meski saat ini dunia sudah mulai mengakui bahwa perempuan juga bisa memiliki dan menduduki peran penting di berbagai sektor industri, tetap saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan kembali. Ini dimaksudkan agar perbandingan perempuan dan laki-laki dalam industri menjadi sama, yakni 50:50.

Hal apa yang perlu diperhatikan tersebut?

Mempersiapkan lingkungan yang nyaman untuk berkarya

Salah satu hal yang membuat sedikitnya jumlah perempuan berkarya di industri film adalah lingkungan bekerja yang kurang mendukung kehadiran perempuan. Maka dari itu, untuk lebih menambahkan jumlah perempuan yang akan bekerja di industri film, lingkungan harus dibuat senyaman mungkin. Sebab, dengan lingkungan bekerja yang nyaman, perempuan akan dapat bebas berkarya dan mengeksplorasi kemampuannya secara maksimal.

"Sejak saya berkomitmen untuk terjun ke dunia ini, saya bertekad untuk membuat lingkungan bekerja saya menjadi tempat yang aman untuk perempuan," ungkap Santi.

Banyak belajar dan mencari mentor yang tepat

Seseorang yang berhasil adalah mereka yang tidak pernah berhenti belajar dalam hidupnya. Hal ini berlaku untuk kamu yang ingin terjun ke dunia perfilman.

Industri film adalah industri yang dinamis. Industri ini selalu berubah dan berkembang mengikuti perubahan zaman. Maka dari itu, terus belajar dan mencari mentor yang tepat untuk berbagi ilmu adalah cara yang tepat agar perempuan bisa terjun ke industri ini.

Untuk mempelajari lebih jauh tentang film, pendidikan formal memang menjadi salah satu jalurnya. Namun, di luar itu, ada pula komunitas atau yayasan yang mengakomodasi pelatihan tentang film yang lebih mudah diakses oleh berbagai kalangan. Salah satunya, Yayasan Kalyana Shira yang didirikan oleh Nia Dinata. Yayasan ini bertujuan untuk mendemokratisasi akses ke pendidikan film yang berkualitas.

  • Share Artikel

TOPIC

trending

Trending

This week's horoscope

horoscopes

... read more

See more horoscopes here