Bekerja lebih dari 30 tahun, hingga kini semangat untuk memperjuangkan hak perempuan tetap menjadi alasan utama Lies Marcoes. Sebagai salah satu Islam and gender expert ternama di Indonesia, menjadi pembicara dari kota ke kota hingga menelusuri pedesaan dan bertemu dengan para perempuan kuat sudah menjadi kesehariannya. Nggak hanya itu, Lies juga dikenal sebagai aktivis feminis, penulis buku, dan pejuang HAM. Sudah nggak terhitung lagi berapa perempuan yang kehidupan dan masa depannya menjadi lebih baik karena perannya.
www.humanrights.gov.au
Lalu, bagaimana pandangan Lies tentang karier dan perempuan? Simak penuturannya, yuk.
“Jenuh biasanya datang saat saya merasa tidak berhasil. Lebih tepatnya seperti desperate lalu kurang tidur. tapi saya selalu membayangkan orang-orang yang pernah terbantu oleh saya, merasa berguna untuk orang lain. Yang kedua yaitu masalah passion. Kamu bisa melihat saya hadir di berbagai kota dengan energi yang sama. Saya pernah menulis status ‘What a wonderful life. I went home at 10 and leaving home at 4.30, both are for the better life of women’.”
“Sukses adalah apa yang kita lakukan berdampak pada orang lain.”
"Mendengar cerita para perempuan dan menjadi tempat untuk mereka mencurahkan perasaannya adalah hal yang paling berkesan untuk saya. Saya tahu bahwa jika suara perempuan didengar maka mereka mampu mengubah banyak aspek menjadi lebih baik."
"Mereka harus berani menjadi diri sendiri sehingga mereka kuat untuk mengambil keputusan."
“Satu kesalahan besar tapi yang nggak saya sesali adalah kenapa saya nggak ambil PhD saat itu. Saya waktu itu mendapat beasiswa dari Australia tapi saya sedang sakit. Tapi saya melakukan semua hal yang dilakukan seseorang untuk mendapat gelar tersebut. Mereka biasanya melakukan penelitian, saya juga melakukan hal itu. Buku saya sudah ada 7 sekarang tanpa harus jadi doktor.”
"Olahraga terutama jalan kaki, kalau ada cucu ya main sama cucu."
“Riang, passionate, spiritual.”
“Saya bangga karena saya bisa membuktikan bahwa seorang feminis memiliki dampak yang bagus dalam keluarga. Saya ibu dari 3 orang anak, 2 laki-laki dan 1 perempuan, dan mereka semua memiliki hati yang baik, pengertian dan punya toleransi yang tinggi, meskipun saya mendidiknya melalui orang lain. Maksudnya adalah dia bisa melihat dan belajar sendiri dari sikap saya kepada orang lain.”
“Sebenarnya expert untuk soal gender di Indonesia itu langka sehingga saya harus berpindah-pindah lokasi, menghadiri banyak acara di berbagai kota dan tentunya sangat sibuk. Kalau sudah begitu, tantangannya adalah soal kesehatan. Saya sering diingatkan oleh teman-teman untuk menjaga kesehatan. Harus pintar-pintar mengatur waktu.”
