Obesitas Mengintai di Kala Pandemi, Begini Cara Mengatasinya

Cegah bahaya diabetes mulai dari sekarang

Obesitas Mengintai di Kala Pandemi, Begini Cara Mengatasinya

Follow Popbela untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Whatsapp Channel & Google News

Hingga saat ini pandemi COVID-19 masih terus berlanjut dan mengharuskan kita untuk beraktivitas dari rumah saja. Fenomena ini membuat sebagian orang mengalami kenaikan berat badan sebab minimnya gerakan, apalagi ditambah dengan mengonsumsi makanan secara berlebihan. Tentu saja, hal tersebut cukup mengkhawatirkan, mengingat kelebihan berat badan atau obesitas menjadi pemicu penyakit berbahaya seperti diabetes.

Untuk itu, dalam rangka peringatan Hari Obesitas Sedunia, Nutrifood bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Badan Pengawas obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia mengajak masyarakat untuk cerdas membaca label kemasan, agar terhindari dari risiko obesitas.

Kegiatan edukasi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman akan informasi nilai gizi khususnya kandungan gula, garam dan lemak pada kemasan makanan dan minuman agar terhindar dari dampak pandemi yang mengarah ke gaya hidup tak sehat dan dapat menyebabkan kelebihan berat badan hingga berpotensi obesitas yang berisiko prediabetes dan diabetes.

Obesitas Mengintai di Kala Pandemi, Begini Cara Mengatasinya

Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, DR. Dhian Dipo, MA, memaparkan, “Indonesia dihadapkan pada permasalahan gizi lebih (obesitas) terutama pada usia dewasa, baik pada pria maupun perempuan dengan prevalensi obesitas pada perempuan lebih tinggi dari pria. Data menunjukkan bahwa tingkat obesitas pada orang dewasa meningkat dari 14,8 persen menjadi 21,8 persen dan prevalensi berat badan berlebih juga meningkat dari 11,5 persen di 2013 ke 13,6 persen di 2018.” 

Pembatasan aktivitas keluar rumah yang dibarengi dengan peningkatan waktu berada di depan gadget, menyebabkan penurunan aktivitas fisik dan peningkatan konsumsi makanan, terutama makanan siap saji dan pangan olahan yang dipesan secara online. Kondisi ini dapat menjadi faktor risiko terjadinya obesitas, yang kedepannya dapat berdampak pada peningkatan penyakit tidak menular dan beban ekonomi negara.

DR. Dhian Dipo, MA menambahkan, “Masyarakat tetap dapat mengambil nilai positif dari kondisi saat ini dengan menjadikan pandemi sebagai titik awal untuk kembali pada pola kehidupan yang sehat dan konsumsi gizi seimbang untuk meningkatkan imunitas. Gizi seimbang dapat diterapkan dalam isi piring untuk sekali makan yang dipenuhi dengan aneka ragam makanan yang memiliki kandungan fungsional bagi tubuh. Cermat memilih makanan sehat dengan memperhatikan label makanan ketika membeli produk merupakan langkah awal bijak dalam pemenuhan gizi harian bersumber pangan olahan.”

Koordinator Kelompok Standardisasi Pangan Olahan Keperluan Gizi Khusus, Direktorat Standardisasi Pangan Olahan BPOM, Yusra Egayanti, S.Si, Apt, MP menjelaskan, "Sebagai salah satu upaya untuk mengetahui asupan gula, garam, dan lemak dari pangan olahan kemasan, masyarakat disarankan untuk lebih cermat dalam membaca label kemasan pangan olahan yang dikonsumsi." 

"Masyarakat juga harus selalu memperhatikan empat informasi nilai gizi dalam label kemasan yaitu jumlah sajian per-kemasan, energi total per sajian, zat gizi (lemak, lemak jenuh, protein, karbohidrat (termasuk gula)) dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) per sajian,” 

Yusra Egayanti, S.Si, Apt, MP melanjutkan, “Idealnya, dalam sehari, masyarakat dapat mengonsumsi tidak lebih dari, gula sebanyak 50 gram atau setara dengan 4 sendok makan, garam sebanyak 5 gram atau setara dengan 1 sendok teh, dan lemak total sebanyak 67 gram atau 5 sendok makan. Dengan selalu cermat membaca label kemasan dan menjadikannya sebagai kebiasaan, maka masyarakat akan lebih cerdas untuk memilah zat gizi apa yang harus dipenuhi dan yang harus dibatasi agar terhindar dari berbagai penyakit salah satunya obesitas, prediabetes dan diabetes.”

Jadi, jumlah sajian yang dikonsumsi memengaruhi jumlah kalori dan dan asupan zat gizi, misalkan sajian per kemasan adalah 15 maka jika kita konsumsi seluruh isi kemasan kita akan memperoleh 1500 kkal. Misalkan per sajian (27 gram) energi total adalah 150 kkal dengan 60 kkal dari lemak, maka energi per kemasan adalah 2250 kkal  dan 900 kkal dari lemak, artinya dengan konsumsi 1 kemasan kita memenuhi 2250/2150 kkal kebutuhan kalori. Selain itu tentunya harus memperhatikan asupan dari pangan lainnya baik yang diolah di rumah atau dari jajanan di restoran.

Zat gizi menunjukkan kandungan gula, garam, lemak, dan gizi mikro yang penting untuk kesehatan seperti vitamin, kalsium, zat besi, dan sebagainya. Persentase AKG menunjukkan jumlah zat gizi per saji dibandingkan acuan label gizi dan dikalikan 100%.

Ketua PERSADIA Wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok, Prof. Dr. dr. Mardi Santoso, DTM&H, Sp.PD-KEMD, FINASIM, FACE, mengatakan, “Orang yang kelebihan berat badan dan obesitas memiliki risiko prediabetes dan diabetes, penelitian di beberapa negara ada sekitar 47% sampai dengan 90% penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) adalah kelebihan berat badan atau obesitas." 

Ia juga menyampaikan "Dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan membatasi asupan gula, garam, dan lemak, istirahat cukup, dan rutin aktivitas fisik 150 menit dalam seminggu dapat membantu mengurangi risiko prediabetes agar tidak berkembang menjadi DMT2." 

  • Share Artikel

TOPIC

    trending

    Trending

    This week's horoscope

    horoscopes

    ... read more

    See more horoscopes here